Nukilan.id – Universitas Teuku Umar (UTU) meraih Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Liga II yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2021.
Atas keberhasilannya tersebut, kampus di Meulaboh, Aceh Barat ini berhak membawa pulang Rp3,6 miliar.
Program kompetisi Kampus Merdeka merupakan bentuk dari akselerasi program Kampus Merdeka, mendorong perguruan tinggi melakukan inovasi pada basis program studi agar terjadi pembelajaran 4.0 atau Kampus Merdeka yang diharapkan, serta meningkatkan mutu dan relevansi perguruan tinggi agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa.
“Ini merupakan bentuk kepercayaan bagi Universitas Teuku Umar untuk mengimplementasikan program pemerintah Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, tentunya sejumlah pembenahan dan peningkatan baik secara akademik maupun non-akademik akan kita dorong secara maksimal,” ungkap Rektor UTU, Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, Senin ( 7/6/2021)?
UTU memenangkan kompetisi yang diikuti oleh seluruh Perguruan Tinggi Akademik se- Indonesia dengan mengusung tema “Implementasi Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) sebagai upaya menurunkan prevalensi stunting berbasis agro and marine industry”.
“UTU sepenuhnya mendukung program penanganan kasus stunting (gangguan pertumbuhan fisik dan otak pada anak karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama) yang digalakan oleh Pemerintah, baik Kementerian Kesehatan maupun oleh Kemendikbudristek,’ ajak Jasman
“Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, memberikan peluang bagi mahasiswa untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan mengenai stunting. Mahasiswa selama satu semester dapat mendampingi kasus stunting namun harus dilakukan diseminasi dan pengarahan oleh dosen sebelum langsung terjun ke lapangan,” jelas Jasman.
UTU berada di wilayah dengan prevelansi stunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, balita di Aceh menduduki posisi 3 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevelansi stunting sebesar 37,3%.
“Artinya 1 dari 3 anak balita di Aceh mengalami stunting. Sedangkan angka stunting untuk anak di bawah dua tahun (baduta), Aceh berada di posisi 1 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevelansi sebesar 37,9%.,’ ucap Jasman
Prevelansi stunting di Aceh bahkan masih jauh lebih tinggi dari Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku. Secara nasional prevelansi stunting Indonesia berada pada angka 30,8% dan Aceh melewati angka nasional dengan angka 37,3%. Lanjut Jasman.
“Kasus stunting di Aceh sudah harus menjadi perhatian dan tanggungjawab kita bersama”. pungkas Jasman. [aspek.id]