Prof. Agussabti: Rasio Dosen dan Mahasiswa di USK Masih Ideal

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Universitas Syiah Kuala (USK) mencatat prestasi membanggakan dengan menempati peringkat ketujuh sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) dosen terbanyak di Indonesia.

Capaian ini berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Goodstats, sebuah platform penyaji informasi berbasis angka.

Dalam laporan tersebut, USK tercatat memiliki 1.887 dosen yang menangani sekitar 38.700 mahasiswa. Dengan jumlah tersebut, USK tidak hanya berhasil masuk jajaran 10 besar nasional, tetapi juga menjadi PTN dengan jumlah dosen terbanyak di Pulau Sumatra.

Menanggapi capaian ini, Nukilan.id menghubungi Wakil Rektor I Bidang Akademik USK, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si, untuk mengetahui bagaimana rasio dosen terhadap mahasiswa di kampus tersebut.

Rasio ini menjadi indikator penting dalam menjaga kualitas pendidikan tinggi, karena ketidakseimbangan antara jumlah dosen dan mahasiswa dapat berdampak langsung pada kualitas lulusan.

Dalam keterangannya, Prof. Agussabti menyebutkan bahwa secara umum rasio dosen dan mahasiswa di USK masih berada dalam kategori ideal.

“Kalau kita lihat, rasio dosen dan mahasiswa di USK saat ini masih berada dalam kategori ideal, yaitu 1:21,” ungkap Prof. Agussabti, saat diwawancarai pada Sabtu (26/4/2025).

Ia melanjutkan bahwa ke depan, pengelompokan rasio ini akan lebih spesifik berdasarkan bidang ilmu, untuk menjaga keseimbangan kualitas pengajaran di berbagai rumpun keilmuan.

“Ke depan, rasio ini akan kita bagi lagi berdasarkan bidang ilmu: untuk rumpun eksakta idealnya 1:20, sedangkan untuk rumpun sosial humaniora (soshum) idealnya 1:30. Artinya, rasio di USK saat ini masih berada dalam rentang ideal,” tambahnya.

Namun, ketika ditanya apakah kondisi ideal ini juga merata di seluruh fakultas, Prof. Agussabti mengakui bahwa distribusi dosen di lapangan belum sepenuhnya merata.

“Distribusinya di lapangan tidak selalu normal. Ada fakultas yang jumlah dosennya masih banyak, tetapi ada juga fakultas yang jumlah dosennya mulai menurun karena banyak dosen yang pensiun,” katanya.

Menurutnya, tantangan lain yang dihadapi USK sebagai PTN Berbadan Hukum (PTN-BH) adalah keterbatasan dalam pengangkatan dosen tetap institusi, sehingga ketergantungan terhadap dosen kontrak masih cukup besar.

“Sementara itu, sebagai PTN-BH, kita menghadapi tantangan dalam pengangkatan dosen tetap institusi. Karena itu, saat ini kita masih sangat bergantung pada dosen kontrak,” ungkapnya.

Prof. Agussabti menjelaskan bahwa kecukupan jumlah dosen di sebuah program studi (prodi) sangat bergantung pada jumlah mahasiswanya. Menurut dia, saat ini ada beberapa prodi yang memiliki jumlah dosen cukup banyak, namun jumlah mahasiswanya sedikit karena minat pendaftar terus menurun.

Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, USK berupaya melakukan redistribusi dan penyesuaian keahlian dosen agar sejalan dengan kebutuhan masing-masing prodi.

“Untuk menyeimbangkan hal ini, kita berharap dosen-dosen baru bisa mengambil bidang keahlian sesuai minatnya, yang nantinya akan kita sesuaikan dan distribusikan berdasarkan kebutuhan masing-masing prodi,” sambungnya.

Lebih lanjut, Prof. Agussabti mengakui bahwa saat ini ada program studi yang sudah memiliki rasio dosen dan mahasiswa ideal, namun ada pula yang belum. Kondisi ini disebabkan dengan hadirnya program studi baru yang menuntut penyesuaian jumlah dosen.

“Memang ada prodi-prodi yang rasio dosen dan mahasiswanya sudah ideal, tapi ada juga yang belum,” tuturnya.

Ia memberi contoh pada Fakultas Teknik, di mana pembukaan program studi baru turut berimbas pada kebutuhan tambahan dosen di bidang keilmuan tertentu.

“Misalnya, di Fakultas Teknik, saat ini ada dua prodi baru yang membutuhkan penyesuaian lagi dalam penempatan dosen, terutama dosen yang bidang keilmuannya bersinggungan dengan kebutuhan prodi tersebut,” pungkasnya.

Dengan capaian jumlah dosen yang tinggi dan usaha menjaga rasio dosen-mahasiswa tetap ideal, USK terus memperkuat komitmennya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya di kawasan Sumatra. (XRQ)

Reporter: AKil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News