Nukilan.id – Kebanggaan terhadap Aceh semakin nyata berbinar di mata dunia. Itulah kalimat singkat sarat makna yang diucapkan oleh Cucu Sultan Aceh Cut Putri, yang merupakan pemimpin Darud Donya Aceh, Sabtu (2/3/2023).
Hal ini disampaikannya dalam rangka kunjungan bersama Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin dengan pejabat setempat ke Pattani, sebuah wilayah konflik di selatan Thailand yang mayoritas penduduknya adalah muslim.
Sebelumnya lawatan Cucu Sultan Aceh ke Pattani dalam rangka kelanjutan kerja sama antara Aceh dan Thailand serta beberapa negara lainnya dalam berbagai bidang.
Pada kesempatan itu, rombongan juga berziarah ke situs-situs sejarah Aceh, yaitu makam-makam para pembesar Kesultanan Aceh yang bernisan kuno khas Aceh, yang tersebar di beberapa tempat di Thailand
Para pahlawan Aceh itu dulu datang ke wilayah Pattani atas perintah Sultan Aceh dalam rangka penyebaran agama Islam. Syahdan, Aceh berjaya mengislamkan Raja di Pattani saat itu, yang serentak diikuti oleh seluruh rakyatnya.
Sementara itu, dalam kunjungannya, PM Thailand juga melawat ke Museum Al-Qur’an dan Warisan Budaya Islam yang terletak di Pondok Wakaf Anak Ayam, Narathiwat.
Di museum ini disimpan manuskrip dan khazanah peninggalan Islam di alam melayu juga warisan peninggalan Aceh Darussalam yang sangat dikagumi oleh dunia, termasuk oleh PM Thailand. Salah satu nya adalah Al-Qur’an tertua Aceh Darussalam yang ditulis oleh Syekh Nuruddin Arraniry tahun 1634 M.
Cut Putri menyampaikan terima kasih kepada Turki yang selalu mendukung Aceh Darussalam dan wilayah Islam lainnya.
“Pembangunan gedung baru dan pemeliharaan museum serta isinya ini dibiayai juga oleh Turki. Koleksi Al-Qur’an di sini dibawa ke Turki, untuk dipastikan keaslian isinya. Setelah itu disimpan kembali di museum untuk pemeliharaan,” tuturnya.
Menurut dia, hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah pusat, di mana pemerintah Thailand yang menangani wilayah konflik di Pattani justru bersemangat mendukung pelestarian warisan budaya Islam di wilayah konflik tersebut.
Dikatakannya, justru dunia internasional lah yang sekuat tenaga menyelamatkan khazanah dan warisan budaya Islam Aceh, saat pemerintah pusat dan pemerintah di Aceh sibuk dengan proyek-proyek yang berpotensi memusnahkan bukti sejarah Aceh.
“UNESCO menjadikan hari lahir Laksamana Malahayati sebagai perayaan internasional, dan memproses kawasan Kuta pertahanan Laksamana Malahayati di Gampong Pande untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun pemerintah di Aceh malah justru menghancurkan Kawasan Situs Sejarah Gampong Pande itu, dengan proyek nasional pembuangan tinja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),” tukasnya.
Kawasan Gampong Pande dikenal oleh dunia sebagai kawasan Istana Darul Makmur kuta Farushah Pindi Gampong Pande, yang menjadi Titik Nol Kesultanan Aceh Darussalam, tempat awal mula lahirnya Kesultanan Aceh Darussalam yang menyebarkan Islam hingga ke seluruh Asia Tenggara. Dunia pun sangat menghormati kawasan makam para raja dan ulama tersebut.
Oleh karena itu, Darud Donya meminta seluruh rakyat Aceh, untuk terus maju bergerak, sekuat tenaga memperjuangkan pelestarian sejarah, khazanah dan budaya Islam Asia Tenggara di Aceh. [Infopublik]