Nukilan.id – Tokoh senior Golkar Aceh, Teuku Mudasir menilai kondisi Partai Golkar Aceh saat ini sangat memprihatinkan. Karena setelah memasuki tahun kedua kepemimpinan TM Nurlif dari hasil Musyawarah Daerah (Musda) X partai berlambang pohon beringin itu, nyaris belum memperlihatkan kinerja seperti yang diharapkan.
“Bahkan, yang sangat disayangkan Golkar Aceh semakin kehilangan arah saat ini dan keluar dari khittahnya sebagai partai politik kekaryaan dengan implementasi tindakan nyatakan dalam pembangunan,” kata Teuku Mudasir yang akrab disapa Cek Mu itu kepada Nukilan.id dalam keteranganya, Rabu (22/9/2021).
Maka untuk itu, kata dia, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan Partai Golkar Aceh. Kalau tidak partai kuning ini akan berpengaruh dalam agenda politik 2024.
Menurut Cek Mu, seharusnya Golkar di Aceh saat ini sudah memperlihatkan kinerja yang cukup baik, karena ini merupakan periode kedua kepemimpinan TM Nurlif.
“Artinya dia sudah memiliki pengalaman diperiode yang lalu. Tapi ini malah amburadul dalam pengelolaan partai kepemimpinannya yang tidak jelas arah. Atau jangan-jangan TM Nurlif ini tidak memiliki visi apapun dalam menahkodai partai,” ujarnya.
Teuku Mudasir yang saat ini juga menjabat sebagai Wantim DPD II Golkar Aceh Selatan mengungkapkan, ada pun pengelolaan partai yang amburadul dan tidak sesuai mekanisme yang belaku antaralain masih adanya kepengurusan ganda.
“Artinya, yang pengurus yang sudah terpilih menjadi ketua di DPD II, tetapi masih tetap duduk dalam kepengurusan aktif di DPD I sebagai wakil ketua. Ini jelas melanggar ketentuan partai,” ungkap Cek Mu yang juga mantan Ketua DPD II Golkar Aceh Selatan itu.
Belum lagi sejumlah pengurus yang sudah meninggal dunia yang sampai saat ini belum juga dilakukan pengantian. “Seharusnya ini sudah ada reshuffle sejak setahun lalu. Saya memang tidak tahu arah pemikiran semacam itu. Apakah ada misi terselubung ingin menghancurkan Golkar di Aceh, jelas saya tidak mengerti dan bingung,” katanya.
Bahkan, konsolidasi yang selama ini sering didengungkan nyaris hanya konsolidasi semu yang hanya terlihat dipermukaan.
“Konsolidasi itu harus nyata sampai ke tingkat desa (gampong). Yang paling pentingkan ada kepengurusan di desa yang solid dan berakar. Sehingga, bila mampu menang di tingkat desa, maka bisa dipastikan akan menang di tingkat kecamatan, dan seterusnya hingga tingkat kabupaten dan provinsi,” kata Cek Mu.
Lebih lanjut, informasi yang kami terima, ungkap Cek Mu, belakangan ini sudah sangat jarang sekali ada rapat kepengurusan DPD I, baik rapat pleno atau pun sejenisnya, menandakan konsolidasi internal saja tidak efektif. Bagaimana kita yakin konsolidasi eksternal berjalan efektif.
“Mungkin keputusan yang diambil selama ini hanya menurut yang ada dia sendiri tanpa melibatkan pengurus harian sel;urunnya. Maka tidak salah kalau partai selama ini kehilangan arah,” sentil Cek MU.
Harapan Partai Golkar ingin mengusung Ketum Airlangga Hartarto menjadi Capres 2024, katanya, khusus untuk Aceh jangan berharap banyak bila partai masih dipimpin orang semacam ini.
“Saya berharap Ketum dan jajaran DPP Partai Golkar Pusat harus secepatnya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kepimpinan TM Nurlif di Aceh. Kalau ini dibiarkan berlarut-larut akan sulit diperbaiki. Jangan ragu ambil tindakan kalau memang perlu diamputasi sehingga tidak menjalar keluruh tubuh penyakit itu, ya lakukan saja amputasi kalau itu langkah terbaik,” pintanya.
Kecenderungan terkini, arah visi dan orientasi Golkar relatif dibelokkan, dari khittahnya yang merupakan partai karya kekaryaan dan pelaku pembangunan, ungkap Cek Mu. berkaca pada riwayat rekam jejak partai sejak awal berdiri, Golkar itu merupakan partai yang senantiasa bermitra dengan pemerintah, disemua level tingkatan. Logisnya, langkah dan kiprah golkar dlm korelasinya bermitra dengan pemerintah tidak membingungkan dan aneh .
“Buktinya, dua agenda politik di parlemen aceh yaitu interpelasi dan LKPJ Gubernur Aceh, sikap politik Golkar justru sangat bertolak belakang dengan khittah politik dan nilai nilai filosofi dasar Partai Golkar. Bahkan cenderung bertindak sebagai oposisi frontal,” ujarnya.
Menyangkut interplasi terhadap Gubernur pada tahun 2020 lalu, katanya, yang telah membuat kegaduhan politik di Aceh kala itu.
“Yang paling fatal interpelasi itu tidak mengarah ke output yang jelas dan nyata, sejak digulirkan setahun lalu. Jelas dagelan politik seperti ini menyeret kader partai yang diparlemen kearah delegitimasi politik personal kader, wibawa serta nama baik fraksi. Tentu ini telah mencoreng nama baik partai golkar scara kelembagaan karena terseret dalam manuver politik main-main seperti itu,” sindirnya.
Soal ini semua TM Nurlif selaku Ketua Golkar Aceh harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan kepublik dan khususnya pada kader Golkar yang ada di Aceh.
“Kenapa dia mengambil langkah politik yang didominasi tindakan one man show seperti ini. Yang jelas sangat mencoreng dan merugikan partai,” pungkas Cek Mu. []