NUKILAN.id | Jakarta – Perusahaan kecerdasan buatan (AI) OpenAI dikabarkan sempat menjadi korban peretasan tahun lalu. The New York Times melaporkan, peretas berhasil mencuri detail desain teknologi AI milik perusahaan tersebut. Informasi ini berasal dari dua sumber yang mengetahui insiden tersebut.
Meski demikian, laporan tersebut menyebutkan bahwa peretas hanya berhasil membobol forum, bukan sistem inti yang menggerakkan algoritma dan kerangka kerja AI OpenAI.
Perusahaan yang mengembangkan ChatGPT ini mengungkapkan insiden peretasan tersebut kepada karyawan dalam sebuah pertemuan pada April tahun lalu. Informasi serupa juga disampaikan kepada dewan direksi. Namun, para eksekutif OpenAI memutuskan untuk tidak mengumumkan insiden ini kepada publik dan tidak melaporkannya kepada FBI atau penegak hukum lainnya.
Menurut The New York Times, keputusan untuk tidak mengungkapkan peretasan kepada publik didasarkan pada keyakinan bahwa tidak ada informasi pelanggan yang dicuri. Para eksekutif juga tidak menganggap insiden tersebut sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.
“Para eksekutif percaya bahwa peretas tersebut adalah individu yang tidak memiliki hubungan dengan pemerintah asing,” tulis The New York Times, mengutip Mashable, Senin (8/7/2024).
Namun, beberapa karyawan OpenAI khawatir bahwa pihak lawan yang berbasis di China bisa mencuri rahasia AI perusahaan dan menyebabkan ancaman terhadap keamanan nasional Amerika Serikat.
Leopold Aschenbrenner, pemimpin tim superignment OpenAI pada saat itu, juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang keamanan yang lemah. Aschenbrenner mengatakan bahwa dirinya dipecat awal tahun ini karena membagikan dokumen internal kepada tiga peneliti eksternal untuk mendapatkan umpan balik.
Ia menilai pemecatan tersebut tidak adil, dengan alasan bahwa ia telah memindai dokumen tersebut untuk memastikan tidak ada informasi sensitif yang disertakan. Aschenbrenner menambahkan bahwa praktik ini adalah hal biasa di OpenAI untuk mendapatkan pendapat kedua dari ahli lain.
Sementara itu, The New York Times juga menunjukkan bahwa studi yang dilakukan oleh Anthropic dan OpenAI mengungkapkan bahwa AI tidak secara signifikan lebih berbahaya daripada mesin pencari seperti Google. Namun, perusahaan AI harus memastikan keamanan yang ketat untuk teknologi mereka. Legislator pun mendorong adanya peraturan yang menjatuhkan denda besar pada perusahaan teknologi AI yang menyebabkan kerugian sosial.
Editor: Akil