Nukilan.id – Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama Perkumpulan Telapak Teritori Aceh melakukan pengukuran kualitas air di Krueng Aceh pada 28-29 Mei 2022 lalu. Dalam pengukuran tersebut, Tim mendeteksi adanya kandungan Phospat, Khlorin bebas dan Logam berat mangan dengan kadar yang tinggi.
Dalam uji kualitas air itu, Tim ESN bersama Perkumpulan Telapak Teritori Aceh mengambil sampel air Krueng Aceh di empat lokasi berbeda, mewakili segmen hulu, segmen tengah dan segmen hilir, yang meliputi Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot Glie, Krueng Keumireu Desa Indrapuri, Jembatan Lambaro Kabupaten Aceh Besar, dan termasuk di hilir yaitu Jembatan Beurawe, Kota Banda Aceh.
“Secara umum Khlorin bebas banyak digunakan sebagai insektisida, desinfektan sedangkan phospat selain campuran pupuk juga menjadi bahan dasar detergen atau sabun cuci sehingga bisa disebutkan sumber pencemarannya berasal dari limbah domestik. Namun, kami akan menganalisa lebih detail terkait sumber-sumbernya ini,” jelas Prigi Arisandi kepada Nukilan.id, Kamis (2/6/2022).
Menanggapi hal itu, Kepala DLHK3 Banda Aceh, Hamdani Basyah melalui Ketua Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3), Hasnawi memprediksikan bahwa, tercemarnya air Krueng Aceh juga disebabkan oleh pembuangan pestisida dari limbah ternak dan pupuk tanaman milik sebagian warga yang memanfaatkan lahan dipinggir sungai Krueng Aceh.
“Kalau kita lihat sumbernya pasti dari hulu, terbawa air dan berimbas ke hilir, sehingga limbah itu mencemari air sungai,” ungkap Hasnawi saat dihubungi Nukilan, Jum’at (3/6/2022).
Selain itu, lanjutnya, pencemaran air Krueng Aceh juga bisa disebabkan sampah mikroplastik. Menurutnya, sampah plastik susah diurai, sehingga sampah yang terus menerus dibuang ke sungai menyebabkan kualitas air berkurang, dapat merusak ekosistem sungai.
“Makanya, jangan lagi membuang sampah sembarangan. Apalagi di bantaran sungai, karena di sungai juga memiliki komunitas tersendiri, ada makhluk hidupnya. Bukan itu saja, dampaknya juga dapat dirasakan masyarakat dari ikan sungai yang dikonsumsi, sehingga kurang bagus bagi kesehatan, apalagi sudah tercemar mikroplastik ini,” jelas Hasnawi.
Karena itu, Hasnawi berharap khususnya kepada warga Kota Banda Aceh untuk merubah pola perilakunya ke arah yang lebih baik. Seperti penggunaan pestisida maupun diterjen itu harus dikemas dan ditempatkan ke wadahnya.
“Jadi jangan dibuang ke sumber air atau ke sungai. Dan juga tong sampah itu harus ada disetiap rumah. Jangan memakai pola lama yang masih membuang sampah sembarangan, apalagi kalau dibuang ke sungai nanti muaranya bukan ke kota malah ke laut,” tegasnya.
Hasnawi juga berharap, dari hulu ke hilir itu bisa steril agar air sungai lebih bagus dan bersih, sehingga airnya bisa digunakan masyarakat. Artinya, sama-sama menjaga kebersihan dan kualitas air dengan tidak membuang sampah sembarangan.
“Dan kita terus menerus melakukan sosisalisasi, setiap dua hari sekali mobil kita keliling ke perkampungan yang ada di Kota Banda Aceh untuk melakukan sosialisasi secara live. Dalam rangka merubah pola perilaku masyarakat baik di sekitar bantaran sungai, perkotaan dan perkampungan. Kalau di wilayah Aceh Besar kita tidak masuk,paling sampai ke perbatasan saja, karena kita punya batas wilayah tersendiri,” pungkasnya. [Wanda]