Monday, April 29, 2024

Pengemis Kembali Menjamur di Banda Aceh, Ini Penjelasan Akademisi UIN Ar-Raniry

Nukilan.id – Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Dr. Sabirin, S.Sos.I., M.Si mengatakan bahwa, saat ini pengemis kembali menjamur di wilayah Kota Banda Aceh dan sekitarnya.

“Sebelumnya, tentu pemerintah Aceh telah berusaha untuk menertibkan pengemis dengan segala wujudnya, namun beberapa waktu terakhir mereka kembali menjamur,” kata Dr. Sabirin kepada Nukilan.id, Selasa (21/9/2021).

Seharusnya, kata dia, mereka dapat menjalani kehidupan normal seperti biasanya. Makanya, mereka perlu dibina, diarahkan, dilindungi, agar dapat hidup sejajar menjalani kehidupan ini.

“Karena, tatapan mereka para pengemis itu sedikit banyaknya menggambarkan kepada kita tentang masa depan Aceh nantinya,”

Menurutnya, hidup normal adalah harapan dan dambaan semua orang, dan kondisi ini dapat terjadi jika terpenuhinya berbagai kebutuhan hidup manusia secara seimbang.

“Namun adakalanya disaat situasi dan kondisi menunjukkan adanya gambaran yang berbeda, maka disini akan terlihat suatu ketimpangan dimana harapan berbanding terbalik dengan kenyataan yang diharapkan,” ujar Dr. Sabirin.

Sebab itu, kata dia, sebagai ayah, ibu, abang, kakak maupun adek, mereka perlu dibantu agar tidak lagi sebagai pengemis, salah satu caranya adalah dengan berhenti memberi kepada pengemis.

“Alihkan energi positif dan bantuan yang ingin kita berikan kepada institusi resmi yang memiliki fungsi untuk membantu masyarakat miskin, orang terlantar/gelandangan maupun peminta-minta. Boleh juga dengan cara melihat orang sekeliling yang perlu kita bantu, sehingga mereka dapat teringankan bebannya, dan keluar dari masalah kehidupan yang dihadapinya,” jelas Dr. Sabirin.

Hal ini, kata dia, untuk menghilangkan atau mengikis praktek mengemis/meminta-minta dalam masyarakat. Karena sangat disayangkan jika praktik ini kemudian menjadi budaya dalam masyarakat, yang ditandai dengan terdegradasinya budaya malu.

Ironisnya lagi, jika dalam mengemis itu melibatkan anak di bawah umur, sehingga berakibat tercerabutnya masa kanak-kanak mereka yang harusnya belajar dan bermain. Kemudian, dampak lainnya adalah terjadinya Lost generation (generasi yang gagal) dengan segala efek negatif lainnya.

“Perlu diingat, kita semua bertanggung jawab atas kondisi ini. Setidak-tidaknya berhenti memberi kepada pengemis dalam rangka memanusiakan mereka di jalan. Jayalah Aceh Tercinta, Insya Allah,” pungkasnya.

Reproter: Hadiansyah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img