NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Fraksi Partai Golkar DPR Aceh mendorong agar Dana Otonomi Khusus (Otsus) digunakan secara lebih strategis dengan mengalokasikan minimal 1 persen untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di Aceh.
Usulan itu disampaikan Ketua Fraksi Golkar DPR Aceh, Muhammad Rizky alias Adek, dalam pandangan akhir Fraksinya terhadap Rancangan Qanun Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBA 2024 pada Sidang Paripurna DPRA, Rabu (31/7/2025) lalu.
Rizky menilai riset belum menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan Aceh. Selama ini, kata dia, banyak kebijakan pemerintah daerah yang masih bersifat instingtif dan minim basis data ilmiah. Padahal, pembangunan yang berbasis riset dan kajian akademik dinilai jauh lebih tepat sasaran serta berkelanjutan.
Menanggapi hal tersebut, peneliti Jaringan Survei Inisiatif (JSI), Saddam Rassanjani, menilai langkah Fraksi Golkar merupakan terobosan penting yang jarang muncul dalam wacana kebijakan di Aceh.
“Usulan Fraksi Partai Golkar DPR Aceh untuk mengalokasikan 1 persen Dana Otsus bagi kegiatan riset dan pengembangan di Aceh adalah sebuah perhatian strategis yang sangat patut kita apresiasi,” ungkap Saddam saat dihubungi Nukilan.id, Senin (1/9/2025).
Menurut Saddam, gagasan itu bukan hanya soal angka, melainkan cermin dari kesadaran baru bahwa riset seharusnya menempati posisi sentral dalam pembangunan. Ia melihatnya sebagai koreksi terhadap pola lama yang masih menempatkan riset di pinggiran.
“Munculnya inisiasi ini mengindikasikan bahwa selama ini, riset masih dipandang hanya sebagai pelengkap, belum menjadi bagian inti dari pembangunan daerah,” sambung Saddam yang juga seorang akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala.
Dari sudut pandangnya, riset bukan sekadar kumpulan data, melainkan fondasi bagi arah pembangunan yang terukur. Ia menekankan, tanpa pijakan ilmiah, kebijakan mudah terjebak pada intuisi atau kepentingan sesaat.
“Padahal, jika kita merujuk pada prinsip evidence-based policy, kebijakan publik yang baik itu harus didasarkan pada bukti ilmiah yang dapat diverifikasi keabsahannya, sehingga keputusan yang nanti diambil oleh pemangku kebijakan dapat lebih tepat sasaran, efisien, dan berkelanjutan,” jelas Saddam.
Lebih jauh, ia menilai alokasi khusus bagi riset akan membuka jalan bagi terciptanya ekosistem pengetahuan yang lebih kokoh. Bagi Saddam, hal ini bukan hanya investasi akademik, tetapi juga strategi untuk memperkuat daya saing Aceh dalam jangka panjang.
“Alokasi dana khusus yang diperuntukkan untuk riset ini nantinya akan membantu Pemerintah Aceh dalam membangun sebuah ekosistem pengetahuan yang kokoh, memperkuat daya saing, dan mengurangi risiko kebijakan yang tidak tepat,” pungkasnya. (XRQ)
Reporter: AKil