Nukilan.id – Rusdi tampak sedang menyayat potongan daging kerbau yang tergantung di lapak miliknya di seputaran jalan Simpang Galon, Kopelma Darussalam, Banda Aceh, Jumat (28/2/2025) pagi. Selain menjual daging lembu, ia juga menjual daging kerbau yang dibawa dari Lambaro Angan, Aceh Besar.
Untuk harga sapi untuk meugang menjelang Ramadan 1446 H ini, ia membanderol Rp180 ribu per kilogram, sementara daging kerbau dijual seharga Rp200 ribu per kilogramnya. Pada Kamis (27/2/2025) ia sudah berhasil menjual dua ekor sapi. Ia baru menjual kerbau hari ini.
“Kerbau hanya dijual hari ini saja,” ujarnya kepada Nukilan, Jumat (28/2/2025).
Ia mengaku, penjualan daging sapi dan kerbau meugang dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan pembelian dari beberapa tahun sebelumnya dulu.
“Kalau kita lihat kondisi sekarang ini, (pembelian) agak sedikit lemah. Tapi kalau pagi ini masih baguslah,” katanya.
Rusdi menyebutkan menurunnya aktivitas jual-beli daging meugang ini tak terlepas dari kondisi ekonomi masyarakat sendiri. Hal itu menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat sendiri menjelang meugang.
“Pengaruh ekonomi. Sama dengan kondisi meugang tahun kemarin juga, agak berkurang. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak lima tahun terakhir. Gitulah kira-kira,” sebutnya.
Dia mengakui, kondisi pandemi covid-19 yang terjadi beberapa tahun sebelumnya menjadi awal dari menurunnya perekonomian masyarakat di Banda Aceh, Aceh Besar, dan sekitarnya.
“Kalau sebelum covid, kalau dibandingkan dengan kondisi sekarang, dulu kita bisa menghabiskan sebanyak dua ekor sapi, sekarang hanya laku satu ekor saja,” akunya.
Rusdi mengatakan penurunan pembelian daging meugang yang terjadi saat ini mencapai 40 persen atau hampir setengah dari penjualan sebelum covid-19 dulu. Tapi jika dibandingkan dengan tahun lalu, Rusdi mengaku penjualan tahun ini agak lebih lumayan dari tahun sebelumnya.
“Kalau yang nggak laku sampai malam itu terpaksa kita lelang terus biar laku, gimana lagi,” katanya.
Sementara pedagang lainnya, Waled mengatakan bahwa pembelian daging meugang saat ini masih stabil mengingat tradisi ini adalah momentum sakral bagi masyarakat Aceh. Dia menjual daging sapinya seharga Rp170 ribu per kilogram pada Kamis (27/2/2025) dan Rp180 ribu per kilogram hari ini.
“Kemarin kan meugang kecil, hari ini sudah masuk meugang besar. Bagi kami penjual tidak ada masalah, tapi mungkin bagi pembeli kita tidak tahu, mungkin morat-marit juga ya,” tuturnya.
Namun demikian, ia mengakui para pedagang sapi dan kerbau meugang sempat mengalami kendala yang sangat sulit pada masa pandemi covid-19 beberapa tahun yang lalu. Saat itu, penjualan sangat seret karena kondisi ekonomi masyarakat yang sangat lemah dan dan tak bisa beraktivitas kemana-mana.
“Kalau masa covid dulu bisa jadi ya, karena kan kondisi ekonomi masyarakat lagi menurun drastis,” sebutnya.
Pandangan serupa disampaikan Basri. Menurut penjual asal Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh ini, penjualan daging meugang beberapa tahun terakhir ini masih stabil dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau di posisi saya saat ini sama saja, mungkin nggak tahu kalau sama orang lain berbeda ya, harganya sama juga,” ujarnya.
Dia menyebutkan sudah menjual daging sapi selama empat hari dan berhasil menjual sebanyak empat ekor sapi. Namun saat pandemi dulu, penjualannya taklah selancar saat ini.
“Masa covid itu menurun habis. Alhamdulillah sekarang sudah mengalami peningkatanlah untuk penjualannya,” katanya seraya tersenyum. []
Reporter: Sammy