NUKILAN.id | Banda Aceh — Di tengah pusat kota Banda Aceh, terdapat sebuah kompleks pemakaman yang menyimpan berbagai cerita sejarah penting dari masa lalu. Kerkhof Peucut, kompleks pemakaman militer Belanda terbesar kedua di dunia, kini menjadi salah satu objek wisata sejarah yang menarik perhatian baik wisatawan lokal maupun internasional.
Dikenal sebagai Kerkhof, yang secara harfiah berarti halaman gereja atau kuburan, kompleks ini berdiri sebagai saksi bisu dari Perang Aceh yang berlangsung selama 30 tahun, dari tahun 1873 hingga 1904. Sekitar 2.200 tentara Belanda, termasuk empat jenderal, dimakamkan di sini, di tempat yang juga merupakan arena perjuangan gigih rakyat Aceh melawan penjajahan kolonial.
Namun, Kerkhof Peucut bukan hanya menyimpan kisah serdadu Belanda. Di antara deretan makam, terdapat juga sejumlah penduduk pribumi yang direkrut sebagai tentara Marsose dan pasukan KNIL dari Ambon, Manado, dan Jawa. Nama-nama mereka yang tercatat di dinding kompleks menjadi bukti nyata keterlibatan berbagai kelompok dalam konflik tersebut.
Yang menarik, di tengah-tengah kuburan militer tersebut, terdapat sebuah makam yang unik dan terpisah dari yang lainnya. Makam tersebut adalah Meurah Pupok, putera Sultan Iskandar Muda yang dihukum rajam oleh ayahnya sendiri karena melakukan perbuatan zina. Makam Meurah Pupok, yang berdiri sekitar 300 tahun sebelum Belanda mendirikan pemakaman militer mereka, mencerminkan kekuatan hukum dan keadilan Sultan Iskandar Muda dalam menjalankan hukum Islam pada masa pemerintahannya.
Dalam suatu kesempatan, Nukilan.id melakuakan wawancara dengan salah seorang pengunjung lokal, Fajri Maulana. Fajri yang juga seorang guru sejarah di Banda Aceh, mengatakan, bahwa pemakaman ini bukan hanya situs sejarah, namun juga simbol perjuangan dan keadilan.
“Kerkhof Peucut bukan hanya sekadar situs sejarah. Ini adalah simbol perjuangan dan keadilan. Makam Meurah Pupok menunjukkan betapa ketatnya penegakan hukum pada masa Sultan Iskandar Muda. Dan makam-makam tentara Belanda di sini menjadi pengingat akan panjangnya perjuangan rakyat Aceh melawan penjajah,” kata Fajri kepada Nukilan.id, Senin (22/7/2024).
Menurut Fajri, Ini adalah tempat yang harus dijaga dan dipahami oleh generasi sekarang agar tidak lupa akan sejarah.
“Tempat ini harus dijaga, agar kita tidak lupa akan sejarah kita,” tutupnya.
Untuk diketahui, Kerkhof Peucut kini menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi, terutama oleh wisatawan mancanegara dari Belanda. Pemerintah Kerajaan Belanda masih menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam kepada warga Banda Aceh yang merawat dan menjaga dengan baik kompleks pemakaman ini. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah