Masjid Tua Bueng Sidom Sediakan 100 Takjil Setiap Hari Selama Ramadan

Share

NUKILAN.id | Jantho – Masjid Bueng Sidom, yang telah berdiri selama ratusan tahun di Kabupaten Aceh Besar, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan tradisi masyarakat setempat. Selama Ramadhan 1446 Hijriah atau 2025 Masehi, masjid ini kembali melanjutkan tradisi berbagi dengan menyediakan lebih dari 100 paket takjil setiap harinya.

“Masjid ini menyediakan takjil 100 hingga 120 paket setiap hari. Takjil berupa ie bu peudah, makanan khas Aceh. Takjil tersebut dibagikan sebagai penganan berbuka masyarakat setempat,” kata M Zein, pengurus takjil Masjid Bueng Sidom, Sabtu (8/3/2025).

Ie bu peudah, bubur khas Aceh yang kaya akan rempah dan dedaunan, menjadi sajian utama berbuka di masjid ini. Tradisi memasak dan membagikan makanan ini telah berlangsung turun-temurun, dengan bahan baku berasal dari sumbangan warga, termasuk beras hasil panen yang diwakafkan khusus untuk keperluan ini.

“Makanan ini dimasak setiap hari selama Ramadhan. Bahan-bahannya merupakan sumbangan warga, seperti beras dari hasil panen masyarakat yang diwakafkan khusus untuk ie bu peudah,” ujarnya.

Proses memasak dimulai pukul 14.00 WIB dan berlangsung selama dua jam. Setelah matang, masyarakat setempat datang membawa wadah sendiri untuk mengambil takjil gratis ini, biasanya setelah shalat Ashar.

“Hampir setiap hari kami memasak ie bu peudah dalam satu kuali besar. Makanan khas Aceh ini selalu habis dibagikan setiap hari. Biasanya, yang mengambil makanan ini dari masyarakat setempat,” tambah M Zein.

Masjid Bersejarah yang Pernah Dibakar Belanda

Terletak di Gampong Bueng Sidom, Kecamatan Blang Bintang, Masjid Bueng Sidom bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga saksi sejarah perjuangan rakyat Aceh. Berdasarkan catatan literasi, masjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada tahun 1834 Masehi. Namun, semangat masyarakat setempat menjaga dan merawatnya tidak pernah padam.

Secara arsitektur, masjid ini memiliki keunikan tersendiri. Dengan konstruksi utama berbahan kayu, bangunan ini ditopang oleh 16 pilar kayu besar. Sebagian dinding terbuat dari semen, sementara lainnya tetap mempertahankan material kayu asli. Berbeda dengan kebanyakan masjid di Aceh yang memiliki kubah bulat, kubah Masjid Bueng Sidom berbentuk segitiga, memberikan ciri khas tersendiri.

Masjid yang berlokasi tidak jauh dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda ini kini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Provinsi Aceh di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bagi masyarakat sekitar, Masjid Bueng Sidom bukan sekadar bangunan tua, melainkan pusat kegiatan keagamaan yang memiliki nilai historis tinggi. Nur Latifah (79), salah satu warga setempat, mengaku tidak mengetahui pasti usia masjid ini, tetapi mengingatnya sebagai bagian dari perjalanan hidup keluarganya.

“Abu panggilan ayah saya dulunya imam masjid di sini. Masjid tersebut merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat. Berapa usianya, saya tidak tahu. Masjid ini ada sejak Abu saya masih kecil,” kata Nur Latifah.

Dengan segala sejarah dan tradisi yang masih terjaga, Masjid Bueng Sidom tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga warisan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat Aceh Besar.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News