Nukilan.id – Disukai oleh berbagai kalangan baik dari masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah, menengah ke atas, bahkan sudah diminati oleh masyarakat asing bersamaan dengan keberadaannya yang mendunia, kepopuleran tempe memang tak perlu diragukan lagi.
Sayangnya di tengah kepopuleran tersebut, bukan sekali-dua kali tempe mengalami kelangkaan bahkan sama sekali tidak dapat ditemukan karena berhentinya proses produksi yang sering dilakukan pengolah tempe.
Salah satu faktor utama yang membuat hal tersebut sering terjadi tidak lain dan tidak bukan adalah karena sulitnya mendapatkan bahan baku utama yakni kacang kedelai, yang menurut beberapa produsen kerap dihadapkan dengan permasalahan harga yang mahal, atau memang kelangkaan yang tidak tersedia di pasaran.
Beruntung, belakangan ada sebuah inovasi yang dihadirkan oleh sejumlah kelompok mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, salah satunya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang membuat tempe bukan dengan kedelai, melainkan memanfaatkan biji karet.
Manfaatkan bagian yang jarang diolah
Bukan hanya bagian getah atau lateks dari pohon karet yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi bahan uatam pembuatan ban. Nyatanya, pohon karet memiliki bagian lain yang sampai saat inimasih belum banyak terolah dan belum dimanfaatkan dengan baik, yaitu bagian bijinya.
Yang menarik, biji karet dulunya ternyata banyak populer sebagai mainan di kalangan anak-anak terutama yang tinggal di daerah perkampungan, dengan cara dijadikan sebuah permainan pertarungan biji karet.
Tak ada yang menyangka, jika kini keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku salah satu olahan pangan yang banyak digemari masyarakat se-Indonesia. Kelompok mahasiswa yang dinamakan Para Pejuang Muda asal UNY, menjadi salah satu pihak yang memopulerkan pemanfaatan biji karet untuk diolah menjadi tempe.
Kelompok tersebut terdiri dari beberapa orang mahasiswa yakni Tegar Ristianto, Alifah Nur Aqrimah, Aji Nur Wijaksono, Mangara Klose Siahaan, Gulfi Oktariani, Nadya Lucyana yang beberapa di antaranya juga berasal dari universitas lain yaitu ITS dan UNSRI.
“Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja, dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani” ujar Tegar.
Penghilangan Kandungan Sianida
Menurut penuturan mahasiswa lainnya yakni Alifah, tempe memiliki asam sianida yang terkandung di dalamnya. Karena itu, kandungan asam sianida yang ada harus asam sianida ini harus dihilangkan dengan cara melalui perendaman selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit.
Hal tersebut dilakukan karena asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air.
Bicara lebih detail mengenai proses pembuatannya, sebelum direndam dan direbus seperti cara yang disebutkan di atas, sebanyak 1 kilogram biji karet terlebih dulu dicuci bersih dan dibuang bagian kulitnya.
Setelah biji karet selesai direbus dan sudah dingin, bakal daun yang muncu dan terdapat dalam biji dibuang, selanjutnya biji karet perlu direndam kembali selama 3×24 jam, untuk selanjutnya dicuci dan dikukus selama 30 menit.
Setelah dikukus biji karet disebar ke sebuah secara merata dan tipis, dan dibiarkan mengering sampai benar-benar tidak ada lagi kandungan air yang ditemukan. Setelah mengering, baru ditaburkan ragi tempe (Rhizopus oryzae) sebanyak 2 gram sambil diaduk sampai merata.
Penambahan ragi bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan jamur. Selanjutnya, tempe dari biji karet tersebut dikemas menggunakan plastik ataupun daun pisang, sama seperti tempe pada umumnya.
Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet kemudian diberikan lubang-lubang kecil kira-kira sebanyak 8-10 lubang di setiap sisi atas dan sisi bawahnya. Setelah itu hanya perlu menunggu dengan tempe disimpan di tempat terbuka.
Untuk menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan simpan tempe di tempat yang memiliki sirkulasi udara dengan baik. Dalam waktu 2×24 jam, tempe akan mulai terbentuk dan siap diolah menjadi makanan yang lezat serta bergizi tinggi.
Keunggulan dibanding tempe kedelai
Biji karet disebut memiliki kandungan minyak nabati dan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga memang cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan yang sehat. Selain itu terdapat juga sejumlah kandungan lain yang baik bagi tubuh, di antaranya 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, dan 40,9 persen lemak.
Kandungan tersebut membuat tempe dari biji karet memiliki kandungan protein yang lebih besar dari kedelai. Selain harganya terjangkau, tempe biji karet juga memiliki kandungan asam lemak tak jenuh Omega 3 dan Omega 6 yang sangat diperlukan bagi perkembangan otak pada anak-anak.
Keunggulan dari segi daya tahan dan teksturnya saat dinikmati juga disampaikan oleh mahasiswa lain yakni Alifah Nur Aqrimah.
“Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es” paparnya. [GNFI]