Nukilan.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (FKPT) Pusat Komjen Pol Dr. Drs. Boy Rafli Amar, MH menekankan, salah satu penyebab perpecahan dalam masyarakat karena sikap intoleran, oleh karena itu semua komponen masyarakat, termasuk FKPT dan mitra Deradikalisasi harus dapat mengambil peran menjadi agen perdamaian dan mencegah berkembangnya ideologi kekerasan di Indonesia.
Boy Rafli Amar juga berpesan agar semua pihak bekerjasama dan bersinergi dalam pencegahan radikalisme dan terorisme, serta memperkuat perdamaian yang sudah diraih oleh masyarakat Aceh.
“Karena hanya dengan situasi damailah kesejahteraan masyarakat dapat kita capai bersama,” kata Komjen Boy Rafli Amar pada Silaturahmi Kepala BNPT, Deputi I dan Deputi II BNPT dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh dan para mitra Deradikalisasi serta mitra Kedeputian II di Aceh, Rabu (24/2/2021) malam di Hotel Hermes, Banda Aceh.
Pada kesempatan itu, Boy Rafli Amar juga menyampaikan bahaya pengaruh terorisme, seperti propaganda ISIS telah banyak memakan korban, bukan hanya harta, namun juga nyawa.
“Saat ini ada 1.200 atas nama warga negara Indonesia menjadi korban propaganda ISIS, mereka berangkat dan terjebak di Iran, dan sebagian besar ditampung di camp pengungsian. Mereka sebelumnya dijanjikan gaji tinggi dan sejumlah fasilitas muluk lainnya oleh ISIS sehingga mau bergabung dengan ISIS,” kata Komjen Boy Rafli Amar.
Akibatnya–kata Komjen Boy Rafli Amar–para WNI dan sejumlah warga yang berasal dari berbagai negara terpaksa menggantungkan hidup dari bantuan lembaga internasional, yang tentu saja tidak selamanya.
Ketua FKPT Aceh
Ketua FKPT Aceh Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, MA pada kesempatan itu menyampaikan bahwa saat ini Aceh menjadi sorotan, karena di Aceh sangat akrab dengan berbagai isu, baik isu dari pusat maupun isu kawasan.
Kata Kamaruzzaman atau akrab disapa KBA, sejumlah masalah yang menjadi sorotan di Aceh seperti beredarnya isu-isu hoax terkait intoleran, penerapan syariat Islam yang sering diboncengi oleh oknum kelompok garis keras, isu politik yang dibawa ke isu keagamaan, serta seringnya masalah dan sentimen keagamaan di luar ikut masuk ke Aceh, contohnya isu Rohingya.
KBA menyebut, sejumlah upaya dan program sudah dijalankan, baik melalui program BNPT dan program Pemerintah Aceh melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh untuk mencegah radikalisme dan terorisme di Aceh. Program pencegahan dilakukan melalui dialog, Forum Group Discussion (FGD) dan penelitian.
Selain itu, katanya, kerjasama dengan pihak kampus juga sangat membantu dengan program-program kuliah umum pencegahan radikalisme dan terorisme.
Acara silaturahmi yang digelar Deputi I dan Deputi II BNPT tersebut, selain Kepala BNPT, Komjen Pol Dr. Drs. Boy Rafli Amar, MH juga hadir para mitra Deradikalisasi, Deputi I Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Deputi II Irjen Pol Drs. Budiono Sandi, SH, M.Hum, Direktur Pencegahan Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, Direktur Deradikalisasi Prof. Dr. Irfan Idris, MA, Direktur Penindakan Brigjen Pol Dr. Thoriq Triyono, M.Si, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat Moch. Chairil Anwar, SH, dan Kasubdit Bina Dalam Masyarakat Kol (Sus) Drs. Sholihuddin Nasution, dan Kepala Kesbangpol Aceh Drs. Mahdi Efendi.
Sementara pengurus FKPT Aceh dipimpin Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, MA, serta para mantan napiter yang kini bernaung di bawah Yayasan Jalin Perdamaian Yudi Zulfahri, MA.
Laporan: Yuli Asmiati