Nukilan.id – Pelaksana Tugas Kepala Bagian Tata Usaha (Plt Kabag TU) Kanwil Kemenag Aceh, Drs H Marzuki Ansari MA menyampaikan poin-poin penting terkait kecintaan pada negara melalui amanat pembina upacara, Jumat, 17 Desember 2021.
Dalam upacara penghormatan bendera tujuh belasan ini, Marzuki yang juga Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Kabid Urais), mengutip beberapa pepatah terkait kecintaan pada bangsa.
“Dalam dunia kawula muda, sering dikutip pepatah: Hidup tanpa cinta, bagaikan malam tanpa bintang,” kutip Marzuki, di depan para Kabid, para Pembimas, dan peserta upacara.
“Tanpa cinta, juga bagaikan sayur tanpa garam,” tambahnya yang dikaitkannya pada kecintaan antara rakyat pada negara, pimpinan pada rakyat, atau sebaliknya.
“Betapa indah jika saling mencintai satu dengan lainnya,” ungkapnya.
Cinta ini, upacara untuk menumbuh kembangkan kecintaan ini penting, menurut pembina upacara, sehingga jika kita berjalan-jalan ke Malaya misalnya, maka kita akan eja di tempat-tempat penting di sana kata-kata semisal ungkapan: rakyat diutamakan; daulat tuanku.
Bahwa, sambung Marzuki, rasa cinta ini sudah menjadi hukum alam atau sunnatullah.
“Barangsiapa mencintai, maka ia akan dicintai. Dengan kita menyayangi, dia akan menjadi resiprositas bagi dirinya dan sesama,” imbuh mantan Kakankemenag Kita Subulussalam dan Kakankemenag Aceh Timur ini.
Maka, kutipnya lagi dari pepatah, dalam kehidupan kita ada hukum balas-membalas: ada ubi ada talas ada budi ada balas.
Lanjut, Plt Kabag TU hubungkan dengan pengabdian dan pekerjaan. Bahwa dengan mencintai pekerjaan, risau pun tidak datang di masa depan.
“Barangsiapa mencintai pekerjaannya maka ia tak perlu risau dengan kehidupannya, tak perlu risau masa depannya,” ajak Marzuki.
“Jika tidak karena cinta, juga cinta dalam pekerjaaan, maka ia akan bermalas-malasan, dan dia akan jadi pengangguran,” pungkasnya.
