KBGO Berpotensi Melonjak Tajam saat Pandemi

Share

Nukilan.id –  Pandemi menyebabkan sebagian besar kegiatan beralih secara online, dibarengi dengan lonjakan terjadinya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).

Orang-orang terbatasi ruang gerak sosialnya yang dapat memicu stress dan sebagainya, yang pada akhirnya disalurkan dengan media sosial.

KBGO tidak berbeda dengan kekerasan secara konvensional, jika ditelusuri maka akarnya adalah budaya patriarki dan kemudian membentuk relasi kuasa yang timpang.

Budaya patriarki yang diperkuat dengan tafsiran agama yang mendiskriminasi perempuan khususnya menjadi faktor kunci mengapa kekerasan terhadap perempuan, termasuk KBGO ini makin tinggi eskalasinya.

KGBO ini tidak berdiri sendiri melainkan dapat disebut sebagai bentuk eksistensi lain bahkan perpanjangan dari kekerasan berbasis gender yang terjadi secara konvensional.

“Hampir semua orang, apalagi anak muda baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki media sosial misalnya. Akses internet bisa di mana saja. Dengan demikian, yang perlu dilakukan bukan menghindari tetapi bagaimana mempergunakannya secara bijak. Sebab, apa pun itu, termasuk teknologi gital tetap memiliki hal positif dan sekaligus dampak negatifnya,” jelas Dewan Pengurus Flower Aceh, Abdullah Abdul Muthaleb untuk Nukilan.id (2/2).

Sebagai pengguna media sosial aktif, sudah seharusnya masyarakat menggunakan secara bijak dan hati-hati, upaya ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya KBGO.

“Masyarakat khususnya generasi muda juga harus memahami betul bahwa teknologi digital atau secara khusus media sosial menjadi  salah satu media yang menjadi perantara terjadi KBGO. Banyak kasus terjadi mulai dari penyebaran konten pornografi dengan segala motifnya, hingga ragam bentuk lainnya seperti pelecehan melalui pesan dan kontak yang tidak diinginkan, ujaran kebencian dan postingan di media sosial dengan target pada gender atau seksualitas tertentu. Bahkan  melakukan penggunaan gambar atan konten online yang tidak senonoh untuk merendahkan perempuan atau gender lainnya juga bagian dari KBGO,” tuturnya.

Sosialisasi menjadi peran penting bagi pemerintah untuk membangun pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama generasi muda.

Abdullah juga menyatakan bahwa begitu banyak motif dalam melakukan KBGO, seperti karena adanya dendam. “Kita sering dengar bagaimana foto mantan pacar dalam posisi tertentu misalnya, yang awalnya disetujui korban hanya khusus untuk pacarnya itu tetapi karena bermasalah lalu kemudian foto tersebut disebarluaskan. Di sini bisa jadi bukan dengan motif keuntungan finansial atau keuntungan seksual tetapi bagaimana pelaku membalas rasa sakit hati dan dengan membuat mantan pacarnya  tidak nyaman bahkan berdampak pada kejiwaannya selaku korban,” paparnya.

Jika dalam penggunanan media online sudah ada tanda-tanda atau mengarah pada KBGO, masyarakat dihimbau untuk melaporkan ke aparat penegak hukum atau kepada lembaga pengadu layanan seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

“Secara kasus yang dilaporkan mungkin tidak banyak ya, tetapi bukan tidak ada kasusnya. Kasusnya ada. Secara angka pasti, bisa dicek ke aparat penegak hukum atau P2TP2A sebagai unit layanan resmi yang dibentuk Pemerintah,” jelasnya terkait kasus KBGO di Aceh.

Abdullah juga menambahkan, apabila masyarakat kita terutama generasi muda misalnya, belum paham betul dengan KBGO dan belum bersikap secara bijak dalam mempergunakan media sosial, maka akan semakin terbuka ruang terjadinya KBGO tersebut. (Elma)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News