NUKILAN.id | Banda Aceh – Menanggapi penurunan harga minyak nilam dalam beberapa pekan terakhir, perusahaan mitra dari ARC-PUIPT Nilam Universitas Syiah Kuala mengambil langkah dengan membeli nilam dari 12 kabupaten di Aceh seharga Rp 1,1 juta per kilogram. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung para petani agar tetap semangat dalam menanam dan memproduksi minyak nilam.
Faisal, tenaga lapangan ARC USK yang aktif menjalin kemitraan dengan eksportir nasional dan internasional, menjelaskan bahwa berdasarkan penelusuran mereka ke pembeli internasional, tidak terdapat indikasi penurunan permintaan maupun harga minyak nilam Indonesia secara signifikan. Oleh karena itu, fluktuasi harga yang terjadi saat ini diyakini hanya sebagai dinamika pasar menjelang Ramadan.
“Kemarin kami sudah beli minyak nilam dari 12 kabupaten yang ada di Aceh dengan harga Rp. 1,1 Juta per kg,” ujar Faisal, yang saat ini tengah menempuh studi Magister Agribisnis di Universitas Syiah Kuala.
Ia menambahkan bahwa harga tersebut telah dipertimbangkan dengan matang, karena diperkirakan harga akan kembali stabil setelah Ramadan dan Idulfitri.
“Sebagian minyak akan kita ekspor dan sebagian lagi akan kita proses lebih lanjut menjadi hi-grade patchouli untuk produk parfum, skincare, medicated oil dan lain-lain,” lanjutnya.
Faisal juga mengajak seluruh pelaku industri nilam untuk lebih berpihak kepada masyarakat dan menghindari spekulasi harga yang dapat merugikan petani.
“Kami berharap kepada semua pihak pelaku industri nilam, mari tingkatkan keberpihakan kepada masyarakat lebih besar lagi. Kita hindari spekulasi harga yang berlebihan sehingga merugikan masyarakat,” tutupnya.
Direktur ARC USK, Syaifullah Muhammad, turut menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan mitra usaha dan perbankan guna memastikan harga minyak nilam tetap berada pada tingkat yang wajar.
“Saya sudah bicara dengan mitra Perancis, dan mereka menyampaikan komitmen fleksibilitas harga nilam yang wajar bagi produsen dari petani dan penyuling nilam Aceh. Tidak ada kebijakan penurunan harga nilam secara drastis dari pihak buyer internasional,” jelas Syaifullah.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa perbankan di Aceh telah menyatakan komitmennya untuk mendukung pembiayaan bagi eksportir yang berpihak pada petani.
“Saya juga sudah kontak perbankan Aceh, dan mendapatkan komitmen bahwa bank akan membantu pembiayaan untuk eksportir-eksportir yang berpihak kepada kepentingan petani,” tambahnya.
Sebagai langkah lebih lanjut, ARC USK berencana mengajukan surat kepada beberapa kementerian terkait agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang lebih adil dalam tata niaga nilam.
“Dalam waktu dekat ARC akan berkirim surat kepada beberapa kementerian terkait, agar pemerintah peduli dan mengambil kebijakan terkait tataniaga nilam yang berkeadilan untuk semua stakeholders,” pungkasnya.
Sikap lebih keras disampaikan oleh Yani, pengelola Komunitas Nilam Aceh & Minyak Atsiri yang memiliki 33.793 anggota di seluruh Indonesia serta pemilik Rumah Produksi Nilam Aceh dan anggota Koperasi Aroma Tamiang Makmur di Aceh Tamiang.
Yani menyoroti adanya permainan harga yang dilakukan oleh beberapa eksportir. Menurutnya, fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah berlangsung lama dan kembali mencuat menjelang Ramadan.
“Bagaimana bisa, eksportir mendadak menurunkan harga hingga di bawah Rp 1 juta sementara harga yang sebelumnya Rp 1,9 juta dalam hitungan hari, Padahal permintaan nilam dunia stabil,” ujar Yani.
Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut jelas merugikan petani dan hanya menguntungkan pihak tertentu di tengah meningkatnya kebutuhan pokok menjelang Ramadan.
“Ini sudah jelas ada pihak yang mempermainkan harga demi keuntungan sesaat dan bertepatan dengan kebutuhan awal ramadhan dimana petani terdesak untuk membeli kebutuhan bahan pokok. Kami akan lawan,” lanjutnya dengan tegas.
Yani pun mengimbau para petani nilam untuk bersikap kompak dan tidak menjual minyak nilam jika harga dipermainkan secara tidak wajar.
“Kami himbau pada petani nilam untuk kompak, dan tidak menjual minyak nilam kalau harga diturunkan secara tidak masuk akal,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menyatakan bahwa pihaknya akan mengajukan surat ke pemerintah pusat agar izin ekspor bagi perusahaan yang terbukti mempermainkan harga dicabut.
“Kami akan berkirim surat ke pemerintah pusat, melalui kementerian terkait agar mencabut izin ekspor bagi perusahaan-perusahaan yang terbukti mempermainkan harga dan nasib petani nilam Indonesia,” kata Yani.
Ia optimistis bahwa kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo akan berpihak kepada petani dan penyuling nilam di Indonesia.
“Kami yakin Pemerintah Presiden Prabowo akan berpihak kepada petani dan penyuling nilam di Indonesia,” tutupnya.
Nilam merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Saat ini, lebih dari 40 negara menggunakan nilam dan minyak atsiri dari Indonesia untuk industri parfum, perawatan kulit, toiletries, aromaterapi, dan berbagai produk lainnya. Indonesia sendiri menjadi pemasok utama minyak nilam dunia dengan kontribusi mencapai 90% dan diakui sebagai produsen nilam berkualitas terbaik.
Editor: Akil