NUKILAN.id | Banda Aceh – Jeulamee, atau mahar dalam adat Aceh, bukan sekadar pemberian biasa. Dalam pandangan syariat, jeulamee merupakan kewajiban yang harus dipenuhi calon suami sebagai bukti keseriusan niatnya terhadap calon istri. Tradisi Aceh menegaskan bahwa jeulamee yang sah hanya dalam bentuk emas, khususnya emas murni yang dikenal dengan sebutan “meuh 99” atau “meuh London”.
Setiap etnis di Aceh memiliki adat istiadat yang berbeda terkait jeulamee. Misalnya, jumlah jeulamee untuk etnis Aneuk Jamee dan Aceh Pidie bisa sangat bervariasi, begitu pula di daerah lain di Aceh. Perbedaan nilai jeulamee ini tentunya berdasarkan berbagai pertimbangan tertentu.
Prinsip-prinsip Pernikahan di Aceh
Pernikahan di Aceh didasari oleh tiga prinsip utama: kemudahan, kesepakatan, dan kesetaraan/sekupu. Proses pernikahan harus dipermudah sesuai kemampuan, tanpa mengurangi martabat kedua belah pihak. Keselarasan antara pasangan, seperti kesetaraan dalam tingkat pendidikan, latar belakang keluarga, dan aspek lainnya, sangat diperhatikan. Pemilihan pasangan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang berkualitas.
Jeulamee: Simbol Cinta dan Tanggung Jawab
Nilai jeulamee harus seimbang, tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Sebagai simbol cinta, jeulamee sebaiknya diperoleh dengan usaha yang cukup sehingga nilainya lebih dihargai. Jeulamee mengajarkan calon suami untuk bekerja keras dalam memenuhi kewajibannya kepada calon istri. Selain itu, jeulamee juga bertujuan mencegah perceraian, karena pernikahan yang tidak diperoleh dengan mudah seharusnya tidak mudah diakhiri.
Jeulamee merupakan bukti kesiapan seorang pria untuk bertanggung jawab atas calon istrinya di hadapan keluarganya. Dengan adanya jeulamee, keluarga pihak perempuan akan merasa tenang dan percaya bahwa calon suami adalah seseorang yang bertanggung jawab serta mapan baik secara moral maupun finansial.
Ikatan Keluarga dalam Jeulamee
Jeulamee juga melambangkan ikatan keluarga. Meskipun tanggung jawab ini ada pada calon suami, sering kali keluarganya turut serta dalam memenuhinya. Jika calon suami kurang mampu, anggota keluarga lainnya akan membantu agar kewajiban ini dapat dipenuhi.
Jeulamee bukanlah nilai jual anak perempuan bagi seorang ayah atau nilai beli seorang wanita oleh pria, meskipun disebutkan dalam akad nikah. Jeulamee merupakan simbol kasih sayang yang nantinya bisa digunakan sebagai modal untuk memulai kehidupan bersama dalam pernikahan.
Lebih dari sekadar Mahar
Dalam budaya Aceh, jeulamee memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar mahar. Jeulamee menjadi lambang kehormatan yang melibatkan bukan hanya calon istri (dara baro), tetapi juga seluruh keluarganya. Nilai yang terkandung dalam jeulamee mencerminkan rasa hormat, tanggung jawab, dan cinta yang tulus dari calon suami kepada calon istri dan keluarganya.
Editor: Akil Rahmatillah