NUKILAN.id | Jakarta – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun hampir 3% pada Jumat (Sabtu waktu Jakarta) setelah laporan pekerjaan AS yang lemah memicu kekhawatiran baru tentang kemungkinan resesi.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September anjlok USD 2,79 atau 3,66% menjadi USD 76,81 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Oktober turun USD 2,71 atau 3,41% menjadi USD 76,81 per barel.
Menurut laporan CNBC, penurunan ini terjadi setelah AS hanya menambah 114.000 lapangan kerja pada bulan Juli, jauh di bawah perkiraan 185.000 oleh para ekonom. Tingkat pengangguran juga naik menjadi 4,3%.
“Pertumbuhan ekonomi yang lemah di negara-negara ekonomi utama dapat menghambat permintaan minyak, meskipun ada peningkatan ketegangan di Timur Tengah yang dapat memengaruhi pasokan,” kata Analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.
Aktivitas Manufaktur Menurun
Data ekonomi dari importir minyak utama seperti China, serta survei yang menunjukkan aktivitas manufaktur yang lebih lemah di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, meningkatkan risiko perlambatan ekspansi ekonomi global yang dapat membebani konsumsi minyak.
Di China, turunnya aktivitas manufaktur juga menekan harga energi, menambah kekhawatiran tentang permintaan masa depan setelah data bulan Juni menunjukkan impor dan aktivitas kilang di negara tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Impor Minyak Asia Terendah dalam Dua Tahun
Data LSEG Oil Research menunjukkan bahwa impor minyak mentah Asia pada bulan Juli turun ke level terendah dalam dua tahun, disebabkan oleh melemahnya permintaan di China dan India.
Sementara itu, pertemuan OPEC+ pada hari Kamis memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak kelompok tersebut tidak berubah, termasuk rencana untuk mulai menghentikan satu lapisan pemotongan produksi mulai Oktober.
Para investor minyak juga memantau perkembangan di Timur Tengah, terutama setelah terbunuhnya sejumlah pemimpin senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah yang berafiliasi dengan Iran. Hal ini menimbulkan ketakutan bahwa kawasan tersebut mungkin berada di ambang perang habis-habisan, yang dapat mengganggu pasokan.
Hizbullah di Lebanon, yang didukung Iran, mengatakan konfliknya dengan Israel telah memasuki fase baru dan berjanji untuk menanggapi setelah komandan militer tertingginya tewas dalam serangan Israel.
Sentimen di Timur Tengah
Harga minyak mentah berjangka turun dua persen pada Kamis (1/8/2024) seiring kecemasan tentang ekonomi AS di tengah ketegangan yang memanas di Timur Tengah. Sektor manufaktur AS mengalami kontraksi pada Juli 2024, menunjukkan kontraksi empat bulan berturut-turut, sementara klaim pengangguran melonjak pekan lalu, mendorong kekhawatiran bahwa ekonomi AS dapat resesi.
Harga WTI untuk kontrak September tercatat USD 76,31 per barel, turun USD 1,6 atau 2,05 persen. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Oktober tercatat USD 79,52 per barel, turun USD 1,32 atau 1,63 persen.
Pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, meningkatkan risiko perang di Timur Tengah. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan Haniyeh.
Pejabat tinggi Iran dijadwalkan bertemu dengan perwakilan dari Houthi Yaman, Hizbullah Lebanon, dan kelompok militan di Irak. Menurut laporan Reuters, “Pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh semalam di Teheran membuat konflik ini naik ke tangga eskalasi dan mendekatkan kawasan itu ke perang yang lebih luas,” ujar Head of Global Commodity Strategy RBC Capital Markets dalam sebuah catatan kepada klien.
Iran dan Israel sebelumnya saling serang secara langsung pada April, yang mendorong harga minyak ke titik tertinggi tahun ini, namun akhirnya menarik diri dari perang skala penuh.
Pada saat artikel ini ditulis, dinamika penahanan yang sama mungkin tidak berlaku, terutama mengingat bab saat ini melibatkan Hamas, Hizbullah, serta Iran. Pembicaraan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung tampaknya sangat terancam.
Editor: Akil