NUKILAN.id | Banda Aceh – Menjelang Kontestasi Pilkada Aceh 2024, perhatian tertuju pada sosok Sudirman atau Haji Uma, yang digadang-gadang menjadi salah satu kandidat Gubernur Aceh pada Pilkada 2024. Haji Uma, yang dikenal sebagai pelakon Ayah dari Yusniar di film lokal Aceh, telah menjadi sorotan sebagai potensial calon gubernur.
Meski telah menorehkan prestasi sebagai anggota DPD selama dua periode dan terpilih lagi di periode ketiga, pandangan kritis mewarnai ekspektasi atas kemungkinan keberhasilannya di tingkat yang lebih tinggi. Salah satunya adalah analisis dari Aryos Nivada, seorang pengamat politik Aceh yang mengatakan Haji Uma tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menyaingi Muallem atau kandidat lainnya sebagai Calon Gubernur Aceh.
“Dari berbagai informasi dan data yang saya peroleh, ada beberapa temuan mengenai sosok Haji Uma,” ungkap Aryos kepada Nukilan.id, Selasa (16/4/2024).
Menurut Aryos, kesuksesan politik Haji Uma selama ini sebagian besar didorong oleh investasi sosialnya yang tinggi di bidang seni dan budaya, yang membuat namanya kerap muncul di berbagai platform media. Namun, ia menegaskan bahwa kesuksesan Haji Uma tidak bisa dilepaskan dari peran Partai Aceh yang membesarkannya, terutama dalam memastikan terpilihnya Haji Uma sebagai anggota DPD pada periode 2014-2019.
“Keberadaan sosok Haji Uma tidak terlepas dibesarkan dari rahimnya Partai Aceh. Jadi saya tegaskan bahwa besarnya Haji Uma karena ada andilnya Partai Aceh,” ungkap Aryos.
Meskipun Haji Uma dianggap memiliki kebebasan politik yang tidak terikat pada satu partai, namun dalam kontur Pilkada, situasinya menjadi lebih kompleks. Aryos mengingatkan bahwa, faktor seperti dukungan partai, finansial, hingga konektivitas politik dengan rezim kekuasaan, menjadi hal-hal yang menjadi tantangan bagi Haji Uma, dan Haji Uma belum menunjukkan kualifikasi yang memadai.
“Karena apa pun cerita, kalau tidak ada konektivitas ke rezime kekuasaan saat ini juga tidak akan memperbesar peluang untuk terpilih,” kata Aryos.
Aryos juga menyoroti bahwa meskipun Haji Uma memiliki elektabilitas dan kapabilitas yang diakui, namun hal tersebut tidak menjamin kesuksesannya dalam Pilkada 2024. Para kandidat lain diprediksi akan mencari kelemahan Haji Uma dan berupaya menurunkan popularitasnya.
“Haji Uma hanyalah sosok yang tepat berada di jalur politik saat ini, yakni sebagai anggota DPD RI. Namun, apakah dia siap untuk menghadapi konsekuensi politik yang lebih besar, itu masih menjadi pertanyaan,” pungkas Aryos.
Terakhir, terkait dengan potensi pencalonan Haji Uma di Pilkada 2024, Aryos mengingatkan bahwa dalam politik, keberhasilan sebuah kandidat tidak hanya ditentukan oleh popularitas semata. Tantangan dan konsekuensi politik yang harus dihadapi oleh Haji Uma tentu membutuhkan kesiapan yang matang sehingga menjawab apakah ia layak menjadi sosok Gubernur Aceh yang diinginkan oleh masyarakat.
āJadi siapkah Haji Uma dengan semua itu, biar waktu yang menjawab,ā tutup Aryos.
Reporter: Akil Rahmatillah