Fenomena “Marriage Is Scary” di Kalangan Perempuan, Sekedar Tren atau Kesadaran Baru?

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Akhir-akhir ini, fenomena ‘Marriage Is Scary’ atau rasa takut menikah, menjadi sorotan di kalangan muda, terutama di platform media sosial seperti TikTok. Konten yang menyoroti ketakutan terhadap pernikahan ini sering kali menampilkan kekhawatiran perempuan terhadap komitmen jangka panjang yang dianggap menakutkan. Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi semakin menjadi perhatian seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan emosional.

Menanggapi fenomena ini, Nukilan.id menghubungi Riswati, Direktur Flower Aceh, sebuah lembaga yang fokus pada isu-isu perempuan dan anak di Aceh. Menurut Riswati, fenomena ini mencerminkan kesadaran kritis kelompok muda terhadap pentingnya kesehatan mental dan emosional, serta pemahaman akan hak-hak mereka. ”

Perempuan sering dihadapkan pada harapan sosial yang ideal dalam menjalankan peran dan tanggung jawab di rumah tangga, yang dapat berdampak pada karier, kebebasan pribadi, dan kesejahteraan mental mereka,” kata Riswati kepada Nukilan, Senin (2/9/2024).

Lebih lanjut, Riswati menjelaskan bahwa ketakutan terhadap pernikahan ini sering kali muncul dari pengalaman-pengalaman negatif atau ketidakseimbangan dalam hubungan yang bisa menyebabkan kondisi perempuan menjadi rentan, bahkan berpotensi mengalami kekerasan berbasis gender.

“Kondisi ini selaras dengan data kasus kekerasan terhadap perempuan yang terus tercatat di lembaga layanan saat ini,” tambahnya.

Dibandingkan laki-laki, menurut Riswati, perempuan lebih sadar akan dampak pernikahan terhadap hidup mereka secara keseluruhan. Ia mengatakan, sekarang banyak perempuan yang lebih menyadari bagaimana pernikahan dapat mempengaruhi karir, kebebasan pribadi, dan kesehatan mental mereka.

“Mereka juga mungkin lebih terbuka dalam membicarakan ketakutan mereka atau mungkin merasa tidak punya pilihan lain selain mengekspresikannya melalui media sosial,” jelasnya.

Sosial media seperti TikTok, dengan formatnya yang mudah diakses dan biaya yang rendah, menjadi ruang bagi banyak perempuan untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan. Di platform ini, cerita-cerita tentang ketakutan menikah menjadi konten populer, menandakan adanya kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan yang sebelumnya mungkin sulit diungkapkan dalam lingkungan sosial yang lebih tradisional.

Riswati juga mengidentifikasi beberapa faktor utama yang memicu tren ini. Pertama, keterbatasan informasi dan ruang komunikasi untuk mengatasi masalah dalam pernikahan. Kedua, kemudahan akses media sosial yang memungkinkan perempuan untuk berbagi dan menemukan dukungan tanpa biaya yang besar.

“Ketiga, perubahan nilai-nilai yang berkembang di kalangan generasi muda. Orang muda sekarang lebih terbuka untuk mengeksplorasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman baru,” Tutupnya.

Fenomena “Marriage Is Scary” ini, bagi sebagian orang, mungkin tampak sebagai tren sementara di media sosial. Namun, bagi banyak perempuan, ini adalah refleksi dari kesadaran yang berkembang tentang pentingnya kesehatan mental dan emosional dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana institusi tradisional seperti pernikahan dapat mempengaruhi hal tersebut. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News