Nukilan.id – Setidaknya 842 orang tewas di tangan aparat setelah empat bulan militer Myanmar mengudeta pemerintahan sipil.
Data ini terkumpul dari data yang dihimpun Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan bahwa hingga pada Rabu (2/6/2021).
Selain itu, AAPP juga total 4.468 orang ditahan junta militer selama empat bulan setelah kudeta di Myanmar.
Myanmar berada dalam kekisruhan sejak angkatan bersenjata atau Tatmadaw mengambil alih kekuasaan dari pemerintah Aung San Suu Kyi.
Tak hanya mengambil alih, mereka juga menangkap para pemimpin dan anggota partai Aung Saan Suu Kyi, Liga Nasional Demokratik (NLD).
Pada Selasa (1/6), junta militer dilaporkan memindahkan lokasi penahanan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, ke tempat yang tak diketahui.
Ketua tim kuasa hukum Suu Kyi dan Myint, Khin Maung Zaw, mengatakan kedua kliennya itu sudah memberi tahu bahwa mereka dipindahkan ke lokasi tidak diketahui sehari sebelum persidangan 24 Mei lalu.
Gejolak di Myanmar pun belum menunjukkan tanda-tanda reda. Selain krisis politik, negara itu kini menghadapi ancaman kemiskinan dan ledakan infeksi Covid-19.
Virus corona mulai mengkhawatirkan lantaran banyak warga Myanmar yang kabur ke perbatasan India dan Thailand. Kedua negara itu tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Koordinator kesehatan Federasi Internasional Palang Merah, Abhishek Rimal, mengatakan bahwa keadaan di perbatasan Myanmar kacau balau.
“Jika ada banyak pengungsi bergerak, kesehatan publik dan pembatasan sosial akan dipertaruhkan. Tinggi kemungkinan akan ada klaster baru Covid-19 yang datang dari pergerakan migran dari satu negara ke negara lain,” ujar Rimal kepada Asian Insider, Rabu (2/6).[cnnindonesia]