NUKILAN.id | Banda Aceh — Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) meluncurkan dua buku refleksi Hak Asasi Manusia (HAM) bertajuk Negara Pelindung Hak Asasi Manusia dan Suara Keadilan: Dedikasi Advokat untuk Gerakan HAM di Indonesia. Peluncuran ini menjadi momentum penting untuk meninjau perjalanan panjang advokasi HAM di Indonesia, termasuk di Aceh.
Acara ini berlangsung dalam diskusi publik bertajuk “Gerakan Hak Asasi Manusia dalam Turbulensi Demokrasi: Memastikan Kelanjutan Proses Damai Aceh,” yang digelar bersama Flower Aceh di Hotel Hermes, Banda Aceh, Jumat (13/12/2024).
Amatan Nukilan.id, kedua buku tersebut diserahkan secara simbolis oleh Direktur Eksekutif ELSAM, Wahyudi Djafar, kepada narasumber yang hadir.
Riswati, Direktur Eksekutif Flower Aceh sekaligus moderator diskusi, menekankan pentingnya konsolidasi gerakan masyarakat sipil untuk memperkuat proses demokrasi dan menjaga keberlanjutan perdamaian di Aceh. Menurutnya, perdamaian bukan sekadar status politik, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan komitmen dari semua pihak.
“Tanpa komitmen dan kontribusi nyata, keberlanjutan perdamaian akan sulit terwujud. Ini bukan hanya soal menjaga kesepakatan politik, tetapi bagaimana membangun struktur masyarakat yang adil dan damai,” ujar Riswati.
Diskusi ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, seperti akademisi, aktivis, dan perwakilan pemerintah. Kehadiran para peserta menunjukkan komitmen bersama untuk memastikan bahwa Aceh tetap menjadi simbol perdamaian, meskipun dihadapkan pada tantangan demokrasi yang dinamis. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah