NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Ekonomi Provinsi Aceh menunjukkan tren positif pada triwulan II tahun 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat pertumbuhan sebesar 4,82 persen secara tahunan (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan positif untuk year on year 2025,” ujar Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, dalam keterangan pers di Banda Aceh, Selasa (5/8/2025).
Tasdik menjelaskan, pertumbuhan tersebut dihitung berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh yang mencapai Rp63,84 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB) dan Rp39,54 triliun atas dasar harga konstan (ADHK). Jika dibandingkan dengan triwulan I 2025, ekonomi Aceh tumbuh 3,02 persen.
Kontribusi terbesar terhadap PDRB masih datang dari sektor pertanian, yang menyumbang 31,52 persen dari total PDRB. Posisi berikutnya ditempati sektor perdagangan sebesar 15,11 persen, dan administrasi pemerintahan sebesar 9,18 persen.
Meski secara umum tumbuh, tak semua sektor mengalami peningkatan. Terdapat tiga sektor yang mengalami kontraksi secara tahunan, yakni Jasa Perusahaan yang turun sebesar 2,24 persen, Konstruksi sebesar 0,28 persen, serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 0,22 persen.
Dari sisi pengeluaran, struktur PDRB Aceh triwulan II-2025 masih didominasi oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 64,43 persen, disusul oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 55,24 persen, serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 30,72 persen.
Namun demikian, impor barang dan jasa dari luar negeri menjadi faktor pengurang terbesar, mencakup 69,00 persen dari total PDRB.
Adapun pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran dicatat oleh komponen ekspor barang dan jasa, yang melonjak hingga 17,62 persen. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah terkontraksi cukup dalam sebesar 9,40 persen, sementara PMTB turun sebesar 2,13 persen.
BPS Aceh berharap data ini dapat menjadi acuan penting bagi pemerintah dan para pemangku kebijakan dalam merancang strategi pembangunan daerah ke depan.
Editor: Akil