Mengenal Mushaf Baiturrahman yang Dicuri Belanda

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Mushaf Baiturrahman, naskah Al-Qur’an bersejarah yang ditemukan dalam dekapan jasad Imam Masjid Raya Baiturrahman saat perang Aceh melawan Belanda pada 27 Maret 1873, kini kembali hadir dalam bentuk duplikat. Upaya ini dilakukan untuk menghadirkan kembali mushaf yang hingga kini masih tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Sejarah mencatat, mushaf tersebut pertama kali ditemukan oleh Kapten Infanteri J.H.A Ijssel de Achepper pada 27 April 1873 dan kemudian dikirim ke Prof. Michael Jan de Goeje di Belanda. Mushaf asli ini berukuran 31,2 x 20,3 cm dan menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Aceh dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajahan.

Sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan sejarah ini, sejak 6 Maret 2025, sebanyak 30 kaligrafer dari seluruh Aceh melakukan penyalinan ulang mushaf tersebut. Setiap kaligrafer menyalin satu juz, menghasilkan manuskrip duplikat yang berukuran lebih besar, yakni 59 x 84 cm. Mushaf duplikat ini tidak hanya berisi Al-Qur’an, tetapi juga dilengkapi dengan doa, tajwid, serta pengantar yang memperkaya kandungan historisnya. Kegiatan penyalinan ini akhirnya rampung pada 16 Maret 2025 di Masjid Raya Baiturrahman.

Hermansyah, seorang dosen filologi asal Aceh yang turut berperan dalam proyek ini, mengungkapkan bahwa dirinya telah memperoleh salinan digital manuskrip asli dari Leiden. Ia menyoroti keunikan mushaf ini dibandingkan Al-Qur’an pada umumnya. Mushaf ini memiliki keunikan dibanding Al-Qur’an pada umumnya, seperti keberadaan simbol tajwid yang lengkap dengan makharijul huruf serta keterangannya. Penyalinan ulang ini sangat penting dilakukan dengan tujuan agar masyarakat Aceh dapat mengaksesnya tanpa harus ke Belanda.

Puncak dari proses ini berlangsung pada Minggu (16/3/2025) malam, yang bertepatan dengan malam 17 Ramadan 1446 H. Amatan Nukilan.id, pada momen penuh makna tersebut, perwakilan Bank Indonesia menyerahkan mushaf duplikat kepada Gubernur Aceh, yang kemudian menyerahkannya kepada Imam Masjid Raya Baiturrahman. Acara ini menjadi simbol bahwa sejarah dan warisan Islam di Aceh tetap hidup dan dapat diakses oleh generasi mendatang.

Dengan hadirnya duplikat Mushaf Baiturrahman ini, masyarakat Aceh kini dapat mengenang kembali sejarah perjuangan para syuhada serta melestarikan kekayaan intelektual Islam yang telah lama tersimpan di negeri seberang. Ini bukan sekadar naskah, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan Aceh yang terus dijaga. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News