Nukilan.id – Untuk menjaga identitas masyarakat dalam hal fesyen Islami, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh meluncurkan busana berbudaya Aceh di Hotel Ayani Banda Aceh, Senin, 5 Desember 2022.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal menyampaikan, Aceh memiliki busana adat dan tradisi yang harusnya bisa dibanggakan dan dilestarikan.
Apalagi, selama pagelaran event busana dibuat, selalu hadir karya desainer asal Aceh yang cukup diperhitungkan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
“Disbudpar tahun ini telah membuat event terkait feysen lebih dari empat kali, dan semuanya menunjukkan bahwa anak muda Aceh sangat berkompeten dan juga memiliki kemampuan di atas rata-rata,” ungkap Almuniza.
Menurut Almuniza, busana merupakan media yang efektif dalam mempromosikan dan melestarikan kebudayaan.
Tidak hanya itu, busana tertentu juga dapat menggambarkan identitas dari suatu masyarakat dalam suatu peradaban.
Dalam peluncuran busana berbudaya ini, ia berharap Aceh ke depan bisa memiliki pakaian sendiri yang bisa digunakan oleh pegawai di dinas maupun di SKPA lainnya sebagai pionir untuk melestarikan busana Aceh.
Busana yang dipamerkan ini juga dapat mencerminkan kepribadian budaya Aceh. serta turut dapat menyampaikan pesan kepada orang lain yang melihatnya, bahwa warga Aceh cinta akan produk dalam negeri terutama produk Aceh.
“Busana ini akan resmi diluncurkan dan sebagai wujud komitmen dari kami dalam melestarikan dan mempromosikan kebudayaan rakyat Aceh, sebagaimana tagline kita bersama ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’,” ujar Almuniza Kamal.
Menurutnya, meskipun praktiknya agak sulit untuk dikenakan dalam berbagai aktivitas harian di masa kini, namun kecintaan terhadap budaya Aceh akan terus mendorong masyarakat untuk dapat mengangkat kebudayaan Aceh melalui busana hariannya.
Untuk itu, dia mengimbau perlu dilakukan inovasi dalam karya busana yang dihasilkan oleh desainer Aceh, agar produknya bisa diterima oleh masyarakat dan bisa bersaing dengan produk luar.
“Inovasi dalam menciptakan karya itu penting dilakukan, apalagi ini dalam hal busana. Namun jangan juga menghilangkan kultur kebudayaan Aceh yang ada di dalamnya,” kata Almuniza.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Bidang Sejarah dan Nilai Budaya ini, Disbudpar Aceh juga melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Sementara dalam kegiatan ini turut dikemas dengan talk show dan fashion show peluncuran busana khas berbudaya Aceh. Hadir narasumber seperti Filolog Aceh, Hermansyah, Fashion Designer dan Budayawan, Cut Putri Kausaria, Subkoordinator Seksi Sejarah Disbudpar Aceh, Bulman Satar, dan dari Diporapar Jateng, Harlina Kusmayanti. []