Nukilan.id – Dewan Pendiri Partai Daerah Aceh (PDA) Mukhraruddin Nagan mengatakan Partai Darul Aceh dari hasil Musyawarah Raya Luar Biasa (Muralub) di Aceh Tengah bukanlah partai yang didirikan Ulama sebagaimana yang dinarasikan oleh segelintir orang.
Menurutnya, Partai yang didirikan oleh ulama itu Partai Daulat Atjeh yang berdiri pada tahun 2006, sampai hari ini masih terdaftar di Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh. Sementara Partai Damai Aceh ini merupakan partai yang didirikan oleh Abi Muhib dan kawan-kawan pada tahun 2012 dan diantara partai Daulat Atjeh, Partai Damai Aceh serta Partai Daerah Aceh tidak memiliki hubungan satu sama lain termasuk akte pendiran atau badan hukum.
“Sedangkan Partai Daerah Aceh ini saya dirikan bersama Tgk Jamaluddin Thaib, Tgk Razuan, Darwis dan kawan-kawan lainnya,” kata Mukhraruddin saat di wawancarai Nukilan.id di Banda Aceh, Kamis, (03/02/2022).
Namun demikian, kata Mukhraruddin, melihat Partai Darul Aceh saat ini kurang cerdas dalam merangkul Anggota, apalagi dengan mundurnya Tgk Razuan dari Partai.”Dia adalah sebagai sosok tokoh yang sangat dipertimbangkan di wilayah Barat Selatan”.
“Ini cukup aneh menurut saya dan menandakan sebuah kemunduran bagi PDA,” ucapnya.
Ia menilai, jabatan Dewan Pakar yang diberikan ke Tgk Razuan hanya bagian dari bumbu manis saja untuk memenangkan hati masyarakat Barsela.
“Catatan penting yang ingin saya sampaikan bahwa mundurnya Tgk Razuan akan diikuti oleh Beberapa tokoh dan angota kader PDA lainya. Karena sosok beliau yang mampu mengayomi di wilayah barat selatan, tidak didapatkan pada tokoh yang lain,” sebut Mantan Koordintor Daerah Dapil 10, Mukhraruddin.
Lanjutnya, kursi Dewan perwakilan Rakya Aceh dan Kabupaten- kota hari ini yang diduduki, tidak terlepas dari kenerja Tgk Razuan, termaksut besarnya nama partai pada hari ini.
Untuk sekarang, yang mengisi kepengurusan PDA hampir semua wajah baru, dan pengurus lama, selama ini berbuat untuk PDA banyak yang sudah dimundurkan dari kepengurusan.
Oleh karena itu, Mukhraruddin berharap kepada pengurus baru, agar bisa tau diri seperti apa perjuangan yang telah kami lakukan. Lahirnya partai, tidak dengan sendirinya butuh proses dan perjuangan yang panjang.
Sebagai pendiri Partai saya wajib memberitahukan ke publik, karna hari ini partai kami telah di sabotase dan masih di narasikan sebagai partai ulama yang mendirikan, padahal bukan sama sekali. Jika seperti ini, ulama dijadikan sebagai bahan jualan politik,” ungkapnya.
“Saya mengingatkan, mulai sekarang jagan pernah lagi membawa nama ulama sebagai pendiri atau seolah-olah PDA partai ulama,” tuturnya.
Reporter: Hadiansyah