NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Musim kemarau yang telah berlangsung selama dua bulan terakhir menyebabkan ribuan hektare lahan sawah di sejumlah wilayah Provinsi Aceh mengalami kekeringan parah. Tanaman padi pada musim tanam gadu, yang sebagian besar baru berusia satu pekan hingga dua bulan, kini berada dalam kondisi kritis dan terancam mengalami puso atau gagal panen.
Jika tidak segera ditangani, krisis ini bukan hanya berdampak pada penghidupan para petani, tetapi juga mengancam ketahanan pangan dan keberhasilan program swasembada yang selama ini digalakkan pemerintah.
Menanggapi kondisi kekeringan yang melanda sawah-sawah di Aceh, Mujiburrahmad, dosen Agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) menegaskan pentingnya pemilihan varietas padi yang adaptif sebagai salah satu strategi menghadapi iklim yang kian ekstrem.
“Dalam menghadapi tantangan iklim seperti kekeringan musiman dan kenaikan suhu ekstrem, pemilihan varietas padi yang adaptif menjadi strategi penting,” kata Mujiburrahmad kepada Nukilan.id pada Jumat (5/7/2025).
Ia mengatakan, sejumlah varietas padi unggul kini telah dikembangkan oleh lembaga dalam negeri dan International Rice Research Institute guna mengantisipasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian.
“Sejumlah varietas unggul telah dikembangkan oleh Balitbangtan Kementerian Pertanian RI dan IRRI yang cocok untuk kondisi sawah tadah hujan maupun daerah dengan suhu tinggi,” ujarnya.
Mujiburrahmad menyebut beberapa contoh varietas padi yang telah terbukti memiliki ketahanan terhadap stres iklim, mulai dari kekeringan hingga genangan air.
“Terdapat beberapa varietas padi hasil pemuliaan yang dirancang untuk tahan terhadap stres iklim. Seperti Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR yang tahan kekeringan dan genangan air,” jelasnya.
Selain itu, ia juga menyebut varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 yang cocok untuk kondisi sawah yang rawan tergenang air dalam waktu lama.
“Kemudian ada Inpari 30 Ciherang Sub 1 yang toleran terhadap genangan air hingga 14 hari. lalu ada Inpari 47 yang memiliki toleransi terhadap kekeringan dan memiliki hasil yang relatif stabil,” katanya lagi.
Untuk menghadapi kekeringan ekstrem, Mujiburrahmad menyebut varietas yang dikembangkan secara khusus oleh IRRI sebagai salah satu opsi yang potensial diterapkan.
“Terakhir, IR64 Drought-tolerant lines yang dikembangkan oleh IRRI untuk kondisi kekeringan ekstrem,” tutupnya.
Pemilihan varietas yang tepat, menurut Mujiburrahmad, harus dibarengi dengan pendekatan agronomi lain seperti pengelolaan air, pemupukan berimbang, dan teknik konservasi tanah. Langkah ini diperlukan agar hasil panen tetap optimal di tengah tantangan iklim yang semakin tidak menentu. (xrq)
Reporter: Akil