Tuesday, July 2, 2024

Cuaca Buruk di Selat Malaka, Harga Ikan Laut di Aceh Melonjak

NUKILAN.id | Banda Aceh – Cuaca buruk seperti angin kencang dan gelombang tinggi masih melanda kawasan perairan Selat Malaka, Provinsi Aceh. Akibatnya, sebagian nelayan tradisional pengguna kapal kayu atau perahu mesin memilih untuk menunda melaut.

Dampak dari kondisi ini adalah kenaikan harga ikan laut segar di kawasan pesisir Selat Malaka, termasuk di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe.

Amatan Media Indonesia pada Sabtu (29/6/2024) di pasar ikan Kota Sigli, Ibukota Kabupaten Pidie, menunjukkan bahwa harga ikan tongkol naik dari Rp25.000 per kg menjadi Rp35.000 per kg dalam dua pekan terakhir. Ikan dencis yang sebelumnya dijual seharga Rp20.000 per kg kini naik menjadi Rp35.000 per kg.

Harga ikan gembung juga mengalami kenaikan signifikan dari Rp25.000 per kg menjadi Rp40.000 per kg. Sementara itu, harga udang ukuran sedang naik dari Rp60.000 per kg menjadi Rp80.000 per kg. Udang windu ukuran besar yang sebelumnya dijual Rp120.000 per kg kini naik menjadi Rp130.000 per kg.

“Semua jenis ikan sedang melonjak harga. Ini karena produksi ikan nelayan perairan Selat Malaka lepas pantai Aceh berkurang. Banyak nelayan takut diterjang gelombang badai,” tutur Abdul Muthalib, seorang pedagang ikan segar di Pasar Pante Teungoh, Kota Sigli, Sabtu (29/9/2024).

Menurut Abdul, mahalnya harga ikan laut segar berkaitan langsung dengan kondisi cuaca buruk di Selat Malaka. Nelayan kecil yang biasanya melaut setelah subuh dan kembali menjelang siang kini harus mengurungkan niat mereka karena ketinggian gelombang berkisar 1 hingga 2 meter, ditambah lagi dengan angin kencang yang sering terjadi tiba-tiba.

Para nelayan tradisional di pesisir Selat Malaka berharap agar kondisi cuaca segera membaik. Terhentinya aktivitas ratusan nelayan tradisional sangat mempengaruhi harga ikan segar, dan lebih dari itu, berdampak langsung pada kehidupan ekonomi mereka. Meskipun pendapatan dari melaut terhenti, pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak tetap tidak dapat dihindari.

“Bukan saja warga daratan yang harus membeli ikan laut segar dengan harga tinggi, pendapatan nelayan kecil juga terhenti karena sulit turun berlayar,” tambah Mukhtar, nelayan di Desa Pusing, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie.

Editor: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img