NUKILAN.id | Tapaktuan – Tradisi Berngi Mekacar, atau yang lebih dikenal dengan malam inai, menjadi salah satu kekayaan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kluet di Kabupaten Aceh Selatan. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam rangkaian acara pernikahan atau sunat rasul dan berlangsung pada malam sebelum hari pelaksanaan acara utama.
Dalam tradisi ini, baik pengantin atau anak yang akan disunat dipakaikan inai di kuku jari tangan, telapak tangan, jari kaki, dan telapak kaki. Amatan Nukilan.id, prosesnya diawali pada sore hari, di mana para nenek-nenek dan gadis muda bergotong-royong menumbuk daun inai atau daun pacar merah hingga halus. Pada malam hari, setelah Salat Isya, inai tersebut dipakaikan dengan motif khas berupa pola silang pada telapak tangan dan kaki.
Berngi Mekacar bukan hanya sekadar ritual memakai inai, tetapi juga momen penting untuk mendapatkan doa restu dari keluarga dan kerabat dekat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai gotong-royong, kekeluargaan, dan ketaatan terhadap adat istiadat.
Budaya memakai inai sebenarnya tidak hanya ditemukan di Kluet. Tradisi serupa juga ada di berbagai daerah di Indonesia, seperti Malam Boh Gaca dalam adat Aceh, Malam Bainai di Minangkabau, Mapacci dari Bugis, Pasang Pacar di Lampung, Berpacar di Palembang, Berinai di Riau, dan Malem Pacar dalam adat Betawi. Meskipun berbeda nama dan bentuk pelaksanaannya, intinya tetap sama, yakni menjadikan inai sebagai simbol kesucian dan kebahagiaan.
Secara global, tradisi memakai inai juga dilakukan di beberapa negara seperti India, Arab, Mesir, dan wilayah lainnya. Di Arab, inai bahkan dipakai tidak hanya untuk acara pernikahan, tetapi juga dalam rangka menyambut Hari Raya Idulfitri atau Iduladha.
Pengaruh tradisi memakai inai di Nusantara tidak terlepas dari akulturasi budaya India dan Islam yang membawa tradisi ini ke berbagai wilayah. Kini, tradisi tersebut tetap lestari sebagai bagian dari kekayaan budaya yang diwariskan lintas generasi.
Berngi Mekacar menjadi bukti bahwa budaya lokal memiliki keunikan dan nilai luhur yang patut dijaga, terutama di tengah arus modernisasi yang terus berkembang. (XRQ)
Reporter: Akil