Nukilan.id – Ritasi Gea (6) lahir dari pasangan suami isteri, Tengeni Gea (51) dan Dila Waruwu (50). Mereka merupakan warga Dusun VII Pulau Mursala Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).
Semenjak lahir, Ritasi Gea yang merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara, sudah menderita bibir sumbing. Namun akibat kondisi kedua orangtuanya yang hanya hidup pas-pasan dan hanya bergantung dari penghasilan sang ayah yang berprofesi sebagai nelayan kecil, sulit untuk bisa mendapat operasi.
Terlebih ibu Ritasi hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Kondisi Ritasi ini akhirnya dilakukan pembiaran, tanpa apapun bisa diperbuat kedua orangtuanya. Bibir sumbing yang dibawa sejak lahir, hingga usia Ritasi mencapai usia sekolah 6 tahun.
Pulau Mursala yang merupakan tempat tinggal Keluarga Ritasi merupakan pulau terluar dari Kabupaten Tapteng. Pulau ini terletak di sebelah Barat Daya Kota Sibolga. Untuk bisa keluar dari pulau ini, hanya bisa melalui jalur laut, yakni, dengan menggunakan speed boat dengan waktu tempuh sekira 2 jam.
Kondisi bocah wanita ini sampai ke telinga Serma Rahim Panggabean dan Sertu Alfon RH Manurung. selaku Babinsa Pulau Mursala, Kedua Bintara Satuan Kodim 0211/TT pun segera menyambangi kediaman keluarga Tengeni Gea. Kedua orangtua Ritasi Gea menceritakan nasib yang dialami putrinya dan kehidupan keluarganya.
“Saya hanyalah nelayan kecil, mencari ikan untuk dijual demi makan kami sehari-hari. Isteri saya juga terkadang membantu saya mencari ikan. Tapi, ia juga harus mengurus rumah tangga dan 5 anak di rumah,” ungkap Tengeni Gea memulai kisahnya.
Kedua Pasutri itu sangat berkeinginan, putri bungsu mereka, Ritasi, agar bisa dioperasi dan terlepas dari cacat lahirnya.
Namun, masalah biaya menjadi sandungan bagi keluarga mereka yang jauh dari kehidupan mapan.
Tengeni Gea yang hanya mengecap bangku Sekolah Dasar, bahkan tidak begitu paham perihal pengurusan administrasi Kependudukan, apalagi perihal BPJS Kesehatan. Sebab, jika mengurus BPJS Kesehatan, ia sudah pasti tidak bekerja dan memakan biaya yang cukup mahal baginya untuk membayar transportasi speed boat menuju ke Kota Sibolga.
“Kartu Keluarga yang dimiliki Pak Tengeni Gea, masih yang lama, yakni Kartu Keluarga dengan kertas karton dan ketikan manual. KTP mereka juga belum elektronik dan anaknya belum memiliki Akte Kelahiran. BPJS Kesehatan, mereka pun tidak terdaftar,” terang Serma Rahim Panggabean didampingi Sertu Alfon RH Manurung.
Kedua Babinsa Kodim 0211/TT itu sangat prihatin melihat kondisi warga binaannya itu. Mereka pun berupaya semaksimal mungkin berbuat untuk membantu. Serma Rahim Panggabean dan Sertu Alfon RH Manurung bolak-balik menuju Kota Sibolga- Pulau Mursala, selanjutnya menuju ke Pandan, Pusat Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah.
Mereka terlebih dahulu mengurus administrasi kependudukan keluarga Tengeni Gea. Mulai dari Kartu Keluarga Elektronik, KTP serta mengurus BPJS Kesehatan. Memakan waktu sekitar hampir sepekan lamanya. Bahan bakar minyak speed boat juga sudah puluhan jerigen dihabiskan untuk armada yang mereka pakai.
“Kami harus bergantian melakukan pengurusan, sebab harus ada yang tetap berjaga di Pos Pulau Mursala. Di Pos ini, kami juga bertugas menjaga hutan Pulau Mursala dari tangan-tangan perusak hutan, yang berupaya menebang hutan untuk mengambil kayunya,” ungkap Dan Pos Pulau Mursala itu.
Akhirnya, kerja keras dan niat tulus membantu warga membuahkan hasil yang terang benderang. Semua administrasi yang diperlukan selesai sesuai harapan.
Harapan agar Ritasi Gea, bocah wanita penderita cacat lahir, untuk bisa dioperasi, akhirnya dapat terwujud.
Kedua orangtua Ritasi bahkan terkaget, seakan tak percaya mendapat kabar bahagia itu. Dila Waruwu, ibu Ritasi segera mempersiapkan diri, untuk perjalanan menuju Kota Sibolga.
Babinsa Kodim 0211/TT itu juga memfasilitasi keberangkatan Ritasi Gea dari Pulau Mursala menuju Kota Sibolga. Seraya secara bergantian memberikan pendampingan di masa pra operasi, operasi hingga pasca operasi. Seluruh biaya keperluan Ritasi Gea dan ibunya, juga ditanggung oleh Babinsa yang bertugas di Pulau Mursala itu.
Operasi bibir sumbing berjalan lancar dan baik, wajah dan bibir Ritasi sudah tampak normal. Senyuman juga mulai tampak cantik dan menawan. Ritasi kini telah berubah menjadi gadis kecil dengan senyuman indah di wajahnya.
Babinsa Serma Rahim Panggabean dan Sertu Alfons RH Manurung selanjutnya melaporkan situasi yang terjadi kepada Komandan Kodim 0211/TT, Letkol Inf Dadang Alex,S.Sos.
Dandim 0211/TT memberikan apresiasi kepada kedua Babinsa jajarannya itu. Menurutnya, sebagai Babinsa harus peduli dan mengerti keadaan, serta kondisi warga binaan. Babinsa harus berbuat yang terbaik untuk warga, agar bisa dicintai dan dirindukan.
“Babinsa jangan bangga jika ditakuti oleh masyarakat. Babinsa bisa berbangga, jika ia dicintai dan kehadirannya dirindukan warga,” tegas Letkol Inf Dadang Alex,S.Sos.
Caranya, lanjut orang nomor satu di Kodim 0211/TT itu, Babinsa harus memahami situasi dan kondisi warga, mendengar keinginan warga dan berbuat yang terbaik untuk harapan dan keinginan warga.
“Jika Babinsa sudah melakukan itu, maka warga akan selalu mencintai dan selalu merindukan kehadiran Babinsa. Maka segala tugas kewilayahan Babinsa, akan dapat terwujud dengan baik dan lancar,” terang Dadang, Perwira TNI-AD Lulusan Akademi Militer Tahun 1999 itu, sambil menyebutkan hal itu sudah ditunjukkan kedua anggotanya.
Dalam kunjungannya meninjau pelaksanaan vaksinasi dosis kedua di Pulau Mursala, Sabtu (31/7/21), Danrem 023/KS, Kolonel Inf Febriel Buyung Sikumbang didampingi Ketua Persit KCK Koorcab Rem 023/KS PD I/BB, Ny Ina Febriel B Sikumbang, memberikan kejutan indah buat Ritasi Gea.
Gadis kecil yang cantik dengan senyuman berseri itu, mendapat bingkisan dari orang nomor satu di Korem 023/Kawal Samudera itu.
“Terima kasih Bapak Danrem 023/KS dan Ibu Ketua Persit atas perhatian dan bantuannya. Semoga mendapat balasan dari Tuhan,ā ungkap Dila Waruwu didampingi putrinya Ritasi, yang tampak bahagia dengan wajah berseri. [Dispenad].