Nukilan.id – Praktisi media, Aryos Nivada menjelaskan, peran media sangat penting dalam Demokrasi Digital Gen Z. Dan ini juga merupakan suatu tantangan bagi semua elemen masyarakat terkhusus bagi generasi yang masuk pada periode Z yaitu pada rentang usia dari 1996 sampai 2010.
“Kalau kita lihat pada konteks kondisi demokrafi, dimana genarasi muda sangat besar sekali potensinya dan ini menjadi salah satu entripoin untuk menjaga kesinambungan Negara,” jelas Aryos dalam acara Dialog Televisi Cerdas Berdemokrasi dengan tema “Demokrasi Digital Ala Generasi Z di TVRI, Kamis (25/11/2021).
Menurutnya, partispasi politik dari Generasi Z menjadi salah satu ujung tombak untuk membuat suatu perubahan arah pembangunan menjadi lebih baik, tentunya yang menjadi penting disitu dituntut kesadaran berpolitik.
“Hari ini kita berbicara tentang kesadaran politik generasi Z, ini bisa dikatakan tidak linier, menghalami keanomalian, ketika koneksivitas internet yang begitu luar biasa, arus informasi yang luar biasa, harusnya itu korelasi yang signifikan partisipasi mereka secara politik artinya mereka bisa mengecap informasi dari sisi memperjuangkan hak politik mereka,” terang Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syiah Kuala (USK) itu.
Namun, lanjut Aryos, kenyataannya berbanding terbalik, generasi Z semakin terkurung dalam kondisi kenyamanan mereka, dimana menggunakan teknologi bukan lagi untuk menyadarkan posisi hak mereka, malah digunakan untuk bermain game untuk melakukan kesenangan personality mereka.
“Sehingga, ini cenderung melupakan akan pentingnya bicara politik praktis atau berbicara tentang hak politik mereka. Ini suatu permasalahan yang sangat luar biasa yang dihadapi hari ini tentang generasi Z,” tambahnya.
Selain itu, Aryos juga berpendapat bahwa, peran media juga penting sebagai ujung tombak untuk melakukan penyadaran mereka, dengan memberikan informasi-informasi pencerdasan yang masuk dalam kategori future education.
“Karena bisa jadi ketika dalam momentum pesta demokrasi masuklah dalam arena future education, tapi future education dalam pendidikan politik, dan ini menjadi suatu pondasi untuk menjaga agar kesinambungan generasi kedepan itu betul-betul peduli dengan politik, paham apa yang akan dilakukan oleh negara ini dan tidak terpengaruh polarisasi kepentingan global,” terangnya.
Sehingga, lanjut Aryos, nantinya negara mampu mengelola tatanan sistem keberlanjutan generasi yang akan mengelola negara Indonesia ini kedepan.
“Kalau mereka tidak sadar akan berpolitik tentunya ini jadi suatu problematika bagi kita semua, sehingga nanti kedepannya bisa dipastikan negara kita mudah sekali dimainkan dalam politik global,” ujarnya.
Tapi sebaliknya, ketika dihadapi pada kecerdasan berpolitik, maka nantinya mereka juga akan memahami dan melakukan filterisasi terhadap diri sendiri , sehingga mereka bisa sadar ketika dihadapi pada lintas kepentingan.
“Baik itu kepentingan masyarakat banyak maupun kepentingan kelompok dan kelompok tertentu, sehingga dari situlah mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri,” ungkap Pendiri Jaringan Survei Inisiatif (JSI) itu.
Oleh karena itu, Aryos berharap adanya kolaborasi lintas sector dan mendorong keterlibatan seluruh elemen masyarakat secara bersama-sama untuk berpartisipasi agar geresi Z mampu keluar dari nilai negatif dalam penggunaan sosial media, tentunya pada posisi mereka itu harus betul-betul disinergikan oleh pemerintah dalam memberikan penyadaran terhadap pentingnya pendidikan pilitik, dan mengedpankan perilaku yang baik dalam menggunakan sosial media.
“Dan ini adalah kebutuhan penting untuk dikedepankan dalam membawa satu perubahan bagi generasi Z agar lebih baik, sehingga tidak terkontaminasi dengan kebudayaan, tidak terkontaminasi dengan arus deras gamer yang luar biasa dan kepentingan politik internasional,” harapnya.
“Mari sama-sama kita wujudkan untuk generasi kedepan yang bisa membuat negara ini menjadi kuat, baik dari sisi pengetahuannya secara politis maupun kelembagaan.” Pungkas Owner media Dialeksis itu.
Reporter: Hadiansyah