Apa Kamu Harus Jadi Ibu yang Sempurna?

Share

Nukilan.id | Banda Aceh – Mother wound adalah luka batin anak karena kurangnya perhatian atau kasih sayang ibu semasa kecil. Tidak jarang hal ini terbawa hingga anak tumbuh dewasa dan memengaruhi perkembangan mentalnya. Meski begitu, dampak mother wound dapat diatasi agar orang yang mengalaminya dapat hidup lebih baik.

Mother wound berawal dari kurangnya keterikatan emosional antara ibu dan anak. Keterikatan ini terbentuk secara alami selama ibu mengasuh anak sejak lahir dan berpengaruh terhadap perkembangan mental anak hingga dewasa. Meski umumnya dialami oleh anak perempuan, mother wound juga bisa terjadi pada anak laki-laki. Bila tidak diatasi dengan baik, luka batin masa kecil ini sering membekas dan bahkan ‘diwariskan’ ke generasi selanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, Psikolog Anak dan Keluarga yang aktif memberikan psikoedukasi di berbagai media sosial, Samanta Elsener mengatakan, siapa sih yang gak takut untuk jadi ibu? Sekalipun dia pernah mengalami trauma atau tidak, dia akan tetap takut menjadi seorang ibu nanti atau sedang menjadi ibu. Namun ternyata, ibu yang tidak pernah mengalami traumalah tekanannya jauh lebih berat karena ia hidup dalam kesempurnaan.

Sebutnya, lalu bagaimana ia membuat kehidupan anaknya lebih bahagia? Justru saat kita merasa takut di situlah kita diingatkan bahwa kita punya tanggung jawab untuk menghidupi, membesarkan, mengasuh, dan mengasihi anak kita. Dan ketakutan itu membuat standar baru untuk kita menjadi ibu yang tidak harus sempurna, tetapi ibu yang tepat untuk anak-anak kita. “So, parenting is not about our children, but parenting is about us”

Ia juga menyampaikan, saat anak kita terluka, kita ikut terluka, bahkan dua kali lipat. Rasanya dia jatuh kita aja yang luka. Perlu diketahui, anak kita punya perjalanan hidupnya sendiri. Dia punya kemampuan adaptasinya sendiri, seperti kepompong yang akan menjadi kupu-kupu. Kalau mereka di-bully, itu bagian dari mereka membangun resiliensinya mereka. Kalau mereka jatuh itu bagian dari membangun daya juangnya mereka.

“Sama seperti kita, meskipun kita terluka masih bisa menikmati hidup kita bukan?” ucapnya dalam kanal Youtube Nikita Willy Official yang dikutip Nukilan.id, Minggu (21/7/2024).

Ia menyebutkan, pada perkara pengurusan anak ekspektasi boleh diturunkan, tapi komunikasi dengan pasangan tidak boleh. Saat ada konflik dengan pasangan kita perlu komunikasikan supaya kita selalu berada di track record yang tepat. Karena kalau ngak, kita menjadi capek dan apatis dalam pola pengasuhan anak. Itu yang membuat hubungan satu sama lain jadi renggang. Beralih ke single mom juga tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Tidak salah kamu menjadi single mom, terpenting kamu dan anak kamu bahagia menikmati kehidupan bersama.

“Kadang kita butuh me time atau teman diskusi, katakan saja pada orang terdekatmu, kita tidak terlihat lebih kok jika mengatakan hal yang kita butuhkan,” tutupnya. []

Reporter : Auliana Rizky

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News