NUKILAN.id | Banda Aceh – Tagar #KaburAjaDulu tengah ramai diperbincangkan di platform X sejak Minggu (9/2/2025). Gelombang perbincangan ini mencerminkan keresahan sebagian masyarakat yang mulai mempertimbangkan untuk pindah ke negara lain yang dianggap lebih nyaman, seperti Denmark, Belanda, Norwegia, Belgia, Prancis, Swedia, Jerman, Jepang, Australia, Dubai, hingga Inggris.
Di tengah tren ini, akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala, Saddam Rasaanjani, yang saat ini menempuh studi doktoral di Britania Raya, menilai bahwa membangun optimisme di dalam negeri merupakan langkah penting agar masyarakat tidak hanya terpaku pada pilihan “kabur.”
Menurut Saddam, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menampilkan lebih banyak kisah sukses dari dalam negeri.
“Banyak anak muda Indonesia yang berhasil menciptakan inovasi, membangun usaha, dan berkontribusi dalam komunitas mereka, tetapi sayangnya, kisah-kisah ini jarang tersorot,” ungkap Saddam kepada Nukilan.id pada Kamis (13/2/2025).
Ia menekankan bahwa melihat keberhasilan orang lain dalam lingkungan yang sama dapat menjadi dorongan psikologis bagi masyarakat bahwa perubahan itu mungkin terjadi. Oleh karena itu, Saddam menilai peran media sangat krusial dalam membentuk optimisme publik.
“Media, baik konvensional maupun digital, perlu lebih banyak mengangkat cerita positif ini, bukan hanya sekadar isu viral yang penuh sensasi,” katanya.
Selain itu, Saddam juga menyoroti persepsi keliru yang sering muncul mengenai kehidupan di luar negeri. Ia mengingatkan bahwa apa yang ditampilkan di media sosial sering kali hanya sisi baiknya, tanpa memperlihatkan tantangan yang ada.
“Misalnya gaji besar, lingkungan tertata, fasilitas umum yang canggih. Tetapi tidak membahas tantangan yang ada, seperti biaya hidup yang tinggi, kesepian karena jauh dari keluarga, hingga tekanan kerja yang berat,” jelasnya.
Dengan memahami realitas tersebut, ia berharap masyarakat dapat berpikir lebih rasional dan tidak menjadikan “kabur” sebagai satu-satunya solusi. Sebaliknya, ia mendorong anak muda untuk mempertimbangkan bagaimana mereka bisa berkontribusi dalam perbaikan di dalam negeri.
Lebih lanjut, Saddam menekankan pentingnya kolaborasi antara diaspora dan masyarakat di Indonesia. Ia meyakini bahwa pengalaman yang diperoleh di luar negeri bisa menjadi modal berharga untuk membangun inovasi di tanah air.
“Mereka yang sudah merasakan pengalaman di luar negeri bisa berbagi ilmu, pengalaman, dan jejaring untuk membangun inovasi di dalam negeri,” katanya.
Dengan adanya upaya seperti ini, ia optimistis anak muda akan mulai melihat bahwa bertahan dan berjuang di Indonesia juga bisa memberikan hasil positif.
“Optimisme harus dibangun lewat aksi nyata, bukan hanya lewat narasi,” tegasnya.
Di tengah meningkatnya diskusi mengenai pilihan untuk tinggal atau meninggalkan Indonesia, pandangan seperti yang disampaikan oleh Saddam bisa menjadi refleksi bagi masyarakat untuk melihat bahwa perubahan tetap mungkin terjadi, asalkan ada usaha nyata yang dilakukan bersama. (XRQ)
Reporter: AKil