Wednesday, April 24, 2024

Ahli Ungkap Potensi Efek Dahsyat Badai Matahari ke Indonesia

Nukilan.id – Para Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan dampak dari adanya fenomena badai matahari di Indonesia.

Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN, Tiar Dani mengatakan Indonesia terletak di garis khatulistiwa, Indonesia relatif tidak berdampak pada fenomena badai Matahari.Hal itu disebutnya lantaran seluruh partikel energi tinggi dari Matahari dibelokkan ke arah kutub.

“Kita patut bersyukur karena Indonesia terletak di khatulistiwa dimana seluruh partikel energi tinggi dari matahari saat terjadi flare dibelokkan ke arah kutub sehingga relatif tidak terdampak,” ujar Tiar kepada media, Kamis (15/7/2021).

Ia menjelaskan flare atau ledakkan merupakan penyebab dari adanya fenomena badai Matahari. Tidak hanya disebabkan oleh flare, badai Matahari juga bisa disebabkan oleh adanya lontaran partikel atau coronal mass ejection (CME).

“Penyebabnya tersebut bisa terjadi berbarengan atau sendiri-sendiri. Jadi jika ada flare di matahari, biasanya sering disebut ada badai matahari,” ujarnya.

Qqqqobalisasi yang kini erat penggunaan teknologi tinggi yang memanfaatkan satelit dan GPS untuk perbankan, komunikasi satelit dan komunikasi radio, tentunya dijelaskan Tiar akan terdampak jika satelit mengalami gangguan.

Ia menjelaskan satelit milik Indonesia yang mengorbit terbilang rentan terhadap gangguan dari adanya fenomena badai Matahari.

Dihubungi terpisah, Peneliti Sains Antariksa LAPAN Bandung, Johan Muhammad menilai dampak dari adanya badai Matahari bergantung pada posisi lintang suatu daerah.

Di Indonesia sendiri, kata Johan, sering mengalami dampak terjadinya flare dan CME dalam bentuk gangguan komunikasi high frequency (HF), seperti penurunan akurasi navigasi berbasis satelit dan gangguan geomagnetik.

“Gangguan ini umumnya diketahui hanya oleh sebagian komunitas yang sering bekerja di sektor yang terkait dengan hal itu, sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat secara umum,” ujar Johan kepada media, Kamis (15/7) siang.

Lebih lanjut ia menjelaskan, gangguan jaringan kelistrikan seperti yang pernah terjadi di Kanada imbas badai Matahari, belum pernah terjadi di Indonesia.

Sebelumnya badai Matahari pernah mengakibatkan pemadaman listrik di Quebec, Kanada pada 13 Maret 1989 dan menciptakan aurora kuat yang terlihat hingga di selatan negara bagian Texas.

Warga di lokasi tersebut sempat terjebak pada pemadaman listrik selama 12 jam. Banyak pegawai yang terjebak di gedung perkantoran yang gelap, elevator yang macet, dan terowongan bawah tanah yang pengap. Pemadaman listrik ini juga menyebabkan sekolah dan kantor ditutup, hingga menutup Bandara Dorval.

Sedangkan peristiwa badai matahari yang terjadi pada 1859 sempat berdampak pada sistem komunikasi telegraf di Carrington. Badai Matahari itu disebut merupakan badai geometrik paling kuat yang pernah tercatat.

Dengan adanya fenomena itu, menyebabkan kelumpuhan sistem komunikasi di berbagai belahan dunia lantaran kabel-kabel terpanggang dan memicu kebakaran.[cnnindonesia]

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img