Nukilan.id – Achehnese Civil Society Task Force (ACSTF) menyelenggarakan peluncuran dan bedah buku “Kronik Damai Aceh Vol 1-5” di gedung serbaguna Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Rabu, (18/8/2021).
Dalam acara tersebut, menghadirkan Dr. Otto Syamsuddin Ishak yang merupakan penulis buku “Kronik Damai Aceh” serta sejumlah tokoh Aceh yaitu, Ketua DPRA, Dahlan Jamaluddin, Wakil Ketua II DPRA, Hendra Budian, dan Sekjen ACSTF Juanda Djamal yang merupakan inisiator acara tersebut.
Dalam komentarnya, Ketua DPRA Dahlan Jamaluddin menyebutkan, Otto Syamsuddin Ishak telah berhasil mencatat setiap detail proses yang dilupakan dan masih terus berjalan, sehingga secara kasat mata sejak penandatangan MOU Helsinki, belum mampu menjadi platform bersama untuk menjadikan keindonesiaan
“Tidak semuanya konsen untuk merawat kesadaran sejarah sosok pak Otto Syamsuddin Ishak sedikit orang yang konsen mencatat perjalanan damai,” ujar Dahlan dalam acara kegiatan Peluncuran dan Bedah Buku ‘Kronik Damai Aceh Vol 1-5, di ruang serbaguna DPRA, Rabu (18/8/2021).
Dahlan menambahkan, berdasarkan riset para ahli didapatkan bahwa, penyelenggaran pemerintahan di Aceh belum berbijak kepada semangat merawat damai berkelanjutan. Tidak secara tegas menjelaskan penyelenggaran praktek penyelenggaran pemerintah, maupun kebijakan yang dihasilkan tidak berpedoman pada MOU dan UUPA.
Sementara itu, Wakil Ketua II DPRA, Hendra Budian mengatakan, buku yang berjudul Kronik Damai Aceh, berfungsi menyampaikan frekuensi ingatan sejarah dari konflik hingga diraih damai di Aceh.
“Hari ini dijadikan sejarah awal bicara konten tentang UUPA ke depan karena pintu untuk revisi UUPA sedang berjalan, kita harus siap beberapa subtansi harus diperkuat cara mempelajari referensi dari buku yang dibuat pak Otto,” tutur Hendra Budian.
Tambahnya, pelurusan sejarah maupun mempelajari fakta dalam perumusan revisi UUPA, sangat terbantu sekali dari buku yang ditulis oleh Otto Syamsuddin Ishak, sehingga tetap berada on the track semangat MOU dan keinginan pada proses UUPA.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekjen ACSTF Juanda Djamal menyebutkan, beberapa isu menarik yang perlu kita kupas tentang situasi keamanan, walaupun kendali terutama menjelang pilkada 2006 hingga pemilu 2009 tarik menarik situasi politik.
“Pengaruh daripada anggaran yang masuk ke Aceh, ikut mempengaruhi perkembangan situasi beralih dari situasi keamanan ke narkoba sampai hari ini. Jalur masuk narkoba dan senjata illegal,” katanya.[dialeksis]