NUKILAN.id | Sabang — Saat fajar menyingsing di Pelabuhan Internasional Sabang, kapal pesiar berlabuh membawa ratusan wisatawan mancanegara yang penasaran dengan pesona Serambi Mekkah. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan kehangatan masyarakat Aceh yang dikenal ramah dan toleran.
Dikutip Nukilan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh yang dirilis pada September 2025, mencatat cerita yang menggembirakan, sebanyak 5.403 wisatawan mancanegara memilih Aceh sebagai destinasi mereka—angka yang melonjak 38,11 persen dibanding bulan sebelumnya dan 25,24 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan ini bukan kebetulan. Data BPS menunjukkan tren positif yang konsisten. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang mencapai 27,56% di September 2025, meningkat signifikan 33,38 persen poin dibanding tahun sebelumnya.
Bahkan hotel nonbintang pun merasakan dampaknya dengan TPK 18,48%, naik 11,79 persen poin year-on-year. Angka-angka ini berbicara tentang kepercayaan—kepercayaan wisatawan bahwa Aceh adalah destinasi yang aman, nyaman, dan layak dikunjungi.
Konektivitas yang Semakin Kuat
Pintu gerbang Aceh semakin terbuka lebar. Bandara Sultan Iskandar Muda di bulan September 2025 melayani 22.123 penumpang penerbangan domestik dan 11.520 penumpang internasional. Meski angka penerbangan domestik turun 44,20 persen year-on-year—mencerminkan dinamika pasar pasca-pandemi—penerbangan internasional justru menunjukkan resiliensi dengan penurunan yang lebih moderat di 23 persen.
Yang lebih menggembirakan, jalur laut mencatat 77.697 penumpang, meningkat 15,12 persen dibanding tahun lalu. Konektivitas yang kuat ini menjadi fondasi vital bagi pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi secara keseluruhan.
Stabilitas Ekonomi sebagai Magnet Investasi
Bagi para investor, stabilitas adalah mata uang yang paling berharga. Aceh menunjukkan fundamental ekonomi yang solid dengan inflasi Oktober 2025 yang terkendali di angka 0,12% secara bulanan dan 4,66% tahunan. Tingkat inflasi ini mencerminkan stabilitas harga dan daya beli masyarakat yang terjaga—kondisi ideal untuk berinvestasi.
Lebih menarik lagi, neraca perdagangan Aceh mencatat surplus US$ 3,12 juta di September 2025. Ekspor mencapai US$ 50,44 juta dengan batubara sebagai komoditas unggulan (77,07%), diikuti kondensat (10,69%) dan kopi serta rempah-rempah (6,04%). India, Thailand, dan Tiongkok menjadi mitra dagang utama, membuka peluang kolaborasi bisnis yang lebih luas. Sementara itu, impor sebesar US$ 47,32 juta menunjukkan aktivitas ekonomi domestik yang dinamis.
Sektor Pertanian: Basis Ekonomi yang Kuat
Aceh bukan hanya tentang pariwisata dan perdagangan. Sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian dengan produksi padi 2025 yang diperkirakan mencapai 1,75 juta ton—meningkat 5,43% dibanding tahun sebelumnya.
Luas panen seluas 307,29 ribu hektare membuktikan komitmen Aceh dalam menjaga ketahanan pangan. Nilai Tukar Petani (NTP) di Oktober 2025 mencapai 123,92, menunjukkan kesejahteraan petani yang terus membaik.
Produktivitas pertanian yang tinggi ini menciptakan ekosistem ekonomi yang sehat. Dari sawah hingga pasar, dari pelabuhan hingga hotel, setiap sektor saling terhubung menciptakan multiplier effect yang menguntungkan investor dan masyarakat.
Aceh Hari Ini: Siap Menyambut Dunia
Tragedi tsunami 2004 mungkin masih membekas dalam memori kolektif dunia. Namun dua dekade kemudian, Aceh telah bangkit dengan gagah. Infrastruktur modern, stabilitas ekonomi, kekayaan budaya yang otentik, dan keramahan masyarakat menjadi modal utama. Data BPS membuktikan: Aceh bukan lagi daerah konflik atau bencana, melainkan provinsi yang aman, nyaman, dan penuh peluang.
Bagi wisatawan, Aceh menawarkan pengalaman yang tak terlupakan—dari pantai Sabang yang eksotis hingga kopi gayo yang legendaris. Bagi investor, Aceh memberikan stabilitas ekonomi, konektivitas yang kuat, dan potensi pasar yang terus berkembang.
Ketika data berbicara, pesannya jelas: ini adalah momentum terbaik untuk mengenal, mengunjungi, dan berinvestasi di Aceh. Serambi Mekkah tidak hanya indah dalam legenda, tetapi juga dalam realitas yang terukur dan penuh harapan.
Reporter: Rezi



