NUKILAN.ID | Banda Aceh – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi sebanyak 52 titik panas (hotspot) di Provinsi Aceh pada Rabu (27/8/2025). Titik panas tersebut terpantau melalui Sensor MODIS Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP, serta NOAA20/VIIRS.
Berdasarkan laporan Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, titik panas tersebar di sejumlah kabupaten/kota. Aceh Besar menjadi wilayah dengan jumlah hotspot cukup dominan, yakni di Kecamatan Blang Bintang, Kutabaro, Lembah Seulawah, dan Seulimuem. Selain itu, titik panas juga terdeteksi di Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Bireuen, Gayo Lues, Pidie, hingga Kota Lhokseumawe.
Di Aceh Singkil, terpantau titik panas di Kecamatan Danau Paris, Simpang Kanan, Singkohor, dan Surobaru. Sementara di Aceh Selatan, sejumlah hotspot muncul di Kecamatan Bakongan Timur, Trumon, serta Trumon Timur.
Prakirawan yang bertugas, Dedi, mengatakan jumlah titik panas yang muncul kali ini cukup signifikan dan harus diwaspadai. Total ada 52 titik panas yang terdeteksi di Aceh.
“Angka ini menunjukkan adanya potensi kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi, baik akibat faktor cuaca kering maupun aktivitas manusia,” ujar Dedi kepada Nukilan, Rabu (27/8/2025).
Dedi menjelaskan, sebagian besar titik panas yang terdeteksi memiliki tingkat kepercayaan sedang hingga tinggi. Artinya, kemungkinan terjadinya kebakaran nyata cukup besar. Karena itu, dia memminta pemerintah daerah dan masyarakat segera melakukan langkah antisipasi agar tidak menimbulkan kebakaran yang lebih luas.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Saat ini kondisi atmosfer relatif kering, vegetasi di lapangan mudah sekali terbakar.
“Kami mengimbau agar masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan, baik untuk berkebun maupun keperluan lainnya, karena risikonya sangat besar,” tegas Dedi.
Menurutnya, jika karhutla meluas, dampaknya tidak hanya pada kerusakan lingkungan, tetapi juga kualitas udara, kesehatan masyarakat, hingga gangguan transportasi.
“Kabut asap bisa menyelimuti permukiman dan bahkan mengganggu penerbangan. Jadi kesadaran masyarakat untuk mencegah kebakaran sangat penting,” tambahnya. []
Reporter: Sammy