NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sejarah perkembangan Islam di Pahang disebut tidak bisa dilepaskan dari peran penting Aceh, khususnya dalam pembentukan sistem hukum Islam dan pengaruh keulamaan di wilayah tersebut.
Hal itu disampaikan oleh pakar sejarah dari Pusat Kajian Bahasa Arab dan Tamadun Islam Fakultas Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Dr Farid Mat Zain, dalam webinar internasional bertajuk “Kajian Islam: Tamadun di Pahang dan Hubungannya dengan Aceh”, Jumat (18/7/2025).
“Sejarah perkembangan Islam di Pahang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar Aceh, khususnya dalam pembentukan ulama lokal dan sistem hukum Islam seperti qanun Pahang,” kata Dr Farid Mat Zain.
Webinar yang digelar Program Studi Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu bertujuan membahas hubungan strategis antara Aceh dan Pahang, terutama sejak abad ke-16.
Dalam pemaparannya, Dr Farid menjelaskan bahwa Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Pahang memiliki ikatan erat yang tercermin dari aspek sejarah, budaya, pendidikan, hingga keagamaan.
Salah satu bukti historis hubungan keduanya, lanjutnya, terlihat dari pernikahan politik antara Sultan Aceh Iskandar Muda dengan Puteri Kamaliah dari Pahang.
Ia juga menyoroti banyaknya peninggalan peradaban seperti manuskrip fikih, tasawuf, hingga arsitektur masjid dan adat istiadat yang menunjukkan kemiripan signifikan antara kedua kawasan. Menurutnya, hal tersebut menjadi bukti kuat adanya jaringan tamadun Islam Melayu yang saling memengaruhi.
Lebih jauh, Dr Farid turut menyinggung pentingnya Selat Malaka sebagai jalur strategis penyebaran peradaban Islam.
“Jalur tersebut tidak hanya menjadi lalu lintas perdagangan, tetapi juga pertukaran naskah keagamaan, gagasan, serta jaringan ulama,” kata Farid.
Sementara itu, Ketua Program Studi Doktor Studi Islam UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal, mengatakan webinar ini merupakan upaya membangun diskursus ilmiah yang komprehensif.
“Ini merupakan bagian dari upaya kami membangun diskursus ilmiah yang tidak hanya membahas aspek keislaman secara tekstual, tetapi juga secara kontekstual, terutama dalam lanskap sejarah dunia Melayu,” ujar Syamsul.
Editor: AKil