Teuku Markam: Crazy Rich Aceh Penyumbang Emas Monas

Share

NUKILAN.id | Jakarta – Nama Teuku Markam mungkin tak setenar pengusaha besar lainnya dalam sejarah Indonesia. Namun, jasanya bagi negeri ini begitu besar, salah satunya menyumbangkan 28 kilogram emas untuk puncak Monumen Nasional (Monas). Ironisnya, setelah berjasa, ia justru berakhir di balik jeruji besi.

Sumbangan Emas untuk Monas

Teuku Markam adalah seorang pengusaha sukses asal Aceh yang berjaya di era Presiden Soekarno. Berkat bisnis ekspor karet dan impor kendaraan serta semen, ia menjadi salah satu konglomerat terbesar di Indonesia.

Kekayaannya memungkinkan dirinya berkontribusi besar terhadap pembangunan nasional, termasuk Monas. Dia disebut menyumbang 28 Kg emas untuk Monas yang jadi proyek mercusuar Presiden Soekarno.

Jika dikonversi ke nilai saat ini, sumbangan emas itu setara dengan Rp42 miliar. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa di balik kedermawanannya, Markam menghadapi akhir hidup yang tragis.

Dari Tentara ke Pengusaha Sukses

Dikutip Nukilan.id dari buku Pengusaha Kaya Mendadak: Kisah Teuku Markam yang ditulis oleh M. Nur El Ibrahimy, diketahui Teuku Markam lahir pada 12 Maret 1924 dan memiliki latar belakang sebagai tentara. Setelah Indonesia merdeka, ia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan ikut berjuang melawan Belanda. Keberaniannya dalam medan perang membuatnya mendapat pangkat kapten.

Sebagai pengusaha, ia mendirikan PT Karkam (Kulit Aceh Raya Kapten Markam) pada tahun 1957. Perusahaannya memiliki hak eksklusif ekspor karet dari Sumatera Selatan ke Singapura dan Malaysia. Selain itu, ia juga memegang lisensi impor mobil Nissan dan semen dari Jepang.

Keberhasilan bisnisnya membuat Markam menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Gaya hidupnya pun mencerminkan statusnya sebagai taipan besar. Ia sering menggelar pesta mewah di Jakarta dan bahkan memiliki hubungan akrab dengan Presiden Soekarno.

Dia beberapa kali mengadakan pesta mewah di Jakarta. Bahkan, sempat mengundang teman akrabnya, yakni Presiden Soekarno untuk dansa di lantai pesta.

Dituduh Tanpa Bukti, Harta Dirampas, Dipenjara 9 Tahun

Kedekatannya dengan Soekarno justru menjadi petaka setelah rezim berganti ke tangan Presiden Soeharto pada 1966. Markam dituduh sebagai bagian dari lingkaran Soekarno dan dikaitkan dengan pemberontakan G30S tanpa bukti yang jelas.

Keputusan ini terjadi karena Markam jadi objek pidana sepihak pemerintah era Presiden Soeharto hanya karena dekat dengan Presiden Soekarno.

Akibat tuduhan tersebut, seluruh asetnya yang meliputi rumah, tanah, mobil, serta uang tunai senilai Rp20 miliar dan US$30 juta dirampas oleh negara. Perusahaannya, PT Karkam, juga diambil alih dan dijadikan BUMN dengan nama PT Berdikari.

Ia pun dipenjara selama sembilan tahun, dari 1966 hingga 1975. Ketika akhirnya bebas, hidupnya tak lagi sama. Kekayaannya ludes, namanya tercemar, dan ia harus memulai kembali dari nol.

Akhir Hidup yang Tragis

Pasca bebas, Markam mencoba kembali ke dunia bisnis. Namun, kejayaannya tak lagi seperti dulu. Hidupnya berakhir pada 25 Januari 1985 akibat komplikasi diabetes dan penyakit liver.

Kisah Teuku Markam menjadi salah satu bukti bagaimana seseorang yang pernah berjasa bagi negara justru mengalami nasib pahit. Sumbangan emasnya tetap bersinar di puncak Monas, namun namanya tenggelam dalam sejarah. Kini, semakin banyak orang yang mulai mengenang kembali sosoknya, seorang pengusaha Aceh yang berjaya, jatuh, dan dilupakan. (XRQ)

Reporter: AKil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News