NUKILAN.id | Jakarta — Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, mengonfirmasi dukungannya terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok milisi Hamas dalam rapat kabinet keamanan yang digelar pada Jumat (17/1/2025). Keputusan tersebut menandai langkah besar di tengah ketegangan yang terus meningkat antara kedua pihak.
“Pada saat ini, keputusan ini harus dibuat,” tulis Sa’ar melalui unggahan di Facebook, dikutip dari CNN. Ia menyatakan bahwa ia dan Menteri Keuangan Ze’ev Elkin mendukung gencatan senjata tersebut dalam rapat kabinet pleno.
Meski mendukung langkah tersebut, Sa’ar tidak mengabaikan kritik yang muncul terkait kesepakatan itu. Ia menekankan pentingnya menghormati pandangan yang berseberangan.
“Kritik terhadap kesepakatan tersebut harus dihormati, ditangani, dan tidak diabaikan. Kita tidak dapat menyangkal bahwa ada risiko yang terlibat,” tambahnya.
Langkah mendukung gencatan senjata mendapat tantangan keras dari beberapa anggota kabinet. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menentang kebijakan itu secara tegas dan mengancam akan menarik dukungan partainya dari koalisi yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kesepakatan tersebut tetap dijalankan.
“Tanggung jawab bersama di antara rakyat Israel mengharuskan kami untuk membuat keputusan sulit ini,” tulis Sa’ar menegaskan.
Dalam pernyataannya, Sa’ar juga menyinggung hubungan strategis Israel dengan Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa keputusan tersebut dipengaruhi oleh rencana pergantian pemerintahan di Washington, mengingat pelantikan Presiden terpilih Donald Trump yang akan berlangsung dalam beberapa hari.
“Kesepakatan ini memungkinkan Israel untuk mengakhiri hubungan positif dengan pemerintahan yang akan berakhir di Washington dan memulai hubungan yang sukses dengan pemerintahan yang akan datang di bawah Presiden Trump,” ujarnya.
Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas diumumkan oleh pemerintah Qatar pada Rabu (15/1). Kabinet keamanan Israel yang beranggotakan sebelas orang telah menyetujui perjanjian tersebut. Namun, keputusan final masih menunggu persetujuan dari kabinet penuh yang terdiri atas 33 anggota.
Meski gencatan senjata diumumkan, korban terus berjatuhan di Gaza. Sejak pengumuman perjanjian, setidaknya 116 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 264 lainnya terluka. Dari jumlah tersebut, 30 korban jiwa merupakan anak-anak, sementara 32 lainnya adalah wanita.
Keputusan politik ini tidak hanya menjadi ujian bagi stabilitas koalisi Netanyahu tetapi juga menentukan arah kebijakan keamanan Israel di tengah dinamika konflik yang terus berkembang.
Editor: Akil