NUKILAN.id | Jakarta – Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) bekerja sama dengan Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia-Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (FSBPI-KPBI) menggelar diskusi penting yang berfokus pada isu buruh perempuan dan potensi kolaborasi ke depan. Diskusi yang berlangsung di Jakarta ini menjadi ajang penyelarasan visi dan misi kedua organisasi dalam memperkuat perjuangan hak-hak buruh perempuan.
Syamsul, Sekretaris Jenderal LMID, menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya sangat peduli terhadap persoalan sosial fundamental, termasuk kesenjangan yang dialami kaum buruh perempuan.
“LMID menunjukkan komitmen mendalami akar perjuangan demi menciptakan perubahan sosial yang lebih baik,” ungkapnya.
Kolaborasi dengan FSBPI-KPBI, menurut Syamsul, diharapkan menjadi strategi penting untuk memperkuat gerakan buruh di Indonesia.
FSBPI-KPBI yang mayoritas anggotanya adalah perempuan memiliki beberapa perangkat organisasi untuk melindungi dan memberdayakan buruh. Salah satu program utamanya adalah Posko Pembelaan Buruh Perempuan, yang menjadi garda terdepan dalam menangani kasus kekerasan di tempat kerja. Selain itu, koperasi dan ruang seni juga menjadi bagian dari upaya mereka meningkatkan kesejahteraan dan kreativitas para buruh.
Dalam diskusi tersebut, Mba Titin, anggota FSBPI-KPBI, berbagi pengalaman langsung mengenai kondisi buruh perempuan di sektor industri.
“Kita ini perempuan, kita ini buruh perempuan, kita harus melawan, di sini buyer, di sini direktur kita hadapi,” ujarnya penuh semangat, menggambarkan perjuangan melawan ketidakadilan di tempat kerja.
Ajeng, anggota LMID sekaligus ketua panitia kegiatan, mengungkapkan bahwa diskusi ini memberikan banyak wawasan baru bagi LMID terkait perjuangan buruh perempuan dan organisasi FSBPI-KPBI.
“Terus juga kenapa ada FSBPI-KPBI ini kita dapat insight dan pengetahuan baru juga nih tentang FSBPI-KPBI ini,” katanya.
Ia menegaskan bahwa perempuan memiliki kapasitas memimpin dan menginspirasi perempuan lain untuk menyuarakan pendapat mereka. Menurut Ajeng, mahasiswa memiliki peran strategis dalam memperkuat gerakan buruh.
“Ternyata gerakan mahasiswa (LMID) itu punya peran penting di gerakan buruh. Apa mahasiswa itu kan sudah belajar tentang mengorganisir, juga paham tentang teori-teori, tentang dasar-dasar, dan itu bisa diaplikasikan atau diberitahukan kepada kawan-kawan buruh untuk gerakan buruh,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pengorganisasian yang baik dapat memperkuat tuntutan terhadap perusahaan yang melanggar hak buruh.
Diskusi ini menandai awal kolaborasi lebih erat antara LMID dan FSBPI-KPBI. Kedua organisasi sepakat memperjuangkan hak-hak buruh perempuan melalui berbagai program bersama di masa depan.
Sinergi ini diharapkan mampu menciptakan perubahan positif yang tak hanya dirasakan anggota, tetapi juga masyarakat luas. Dengan menggabungkan kekuatan, mahasiswa dan buruh optimistis menciptakan keadilan sosial dan kesetaraan gender di dunia kerja lebih cepat terwujud.
Editor: Akil