NUKILAN.id | Banda Aceh – Menara Air Taman Sari atau yang dikenal dengan nama Colonial Water Toren, sebuah peninggalan bersejarah dari masa kolonial Belanda, kini menjadi salah satu objek wisata yang menarik perhatian. Terletak di tepi jalan Balai Kota, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, menara ini tak hanya menawarkan panorama arsitektur kolonial, tetapi juga menyimpan kisah penting tentang sistem pengairan pada masa penjajahan.
Dilansir dari berbagai sumber, menara air ini dibangun pada awal abad ke-20, tepatnya sekitar tahun 1903. Menara Air Taman Sari berdiri megah bersebelahan dengan Taman Sari dan tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Diresmikan oleh Pemerintah Hindia-Belanda, menara ini awalnya berfungsi sebagai tempat penampungan dan distribusi air untuk keperluan pemerintahan serta masyarakat Banda Aceh pada masa itu.
Nukilan.id melihat arsitektur menara ini memang mencerminkan ciri khas kolonial dengan detail simetris, berwarna putih, dan atap berbentuk kubah yang terbuat dari seng. Pada bagian atas, terdapat puncak berbentuk segi enam yang semakin menambah keunikan bangunan ini. Bagian atas menara lebih lebar dan terbuat dari kayu, dihiasi dengan ukiran khas Belanda yang sederhana namun elegan.
Menara ini bukan sekadar objek wisata, namun juga bagian penting dari sejarah kota Banda Aceh. Air yang diolah di menara ini berasal dari pegunungan Glee Taron di Aceh Besar dan didistribusikan ke berbagai kebutuhan, mulai dari kepentingan militer hingga pengawasan sipil di Kutaradja (Banda Aceh). Pembangunan menara ini, bersama dengan pusat pengolahan air yang dibangun pada 1904, merupakan salah satu upaya pemerintah kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kota yang saat itu berkembang pesat.
Menara ini dibangun dengan prinsip untuk mencukupi kebutuhan air bagi penduduk Banda Aceh pada masa itu. Menara air ini lebih tinggi dari bangunan-bangunan lain di kota, sehingga air bisa mengalir dengan bantuan gravitasi ke tempat yang lebih rendah. Meski ketinggiannya tidak terlalu mencolok, menara ini tetap menunjukkan kehebatan sistem pengairan yang digunakan pada zaman itu.
Kini, Menara Air Taman Sari menjadi salah satu situs budaya yang sering dikunjungi wisatawan. Keberadaannya tak hanya menambah nilai sejarah, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat pada masa penjajahan Belanda. Keberadaan menara ini pun menunjukkan betapa pentingnya sistem pengairan dalam perkembangan kota Banda Aceh pada masa itu.
Menara Air Taman Sari adalah bukti konkret dari sejarah panjang peradaban Aceh yang terus hidup dan dikenang. Sebagai peninggalan kolonial yang kini menjadi ikon wisata, menara ini tetap berdiri tegak, membawa kisah masa lalu yang penuh makna bagi generasi sekarang dan mendatang. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah