NUKILAN.id | Banda Aceh – Direktur Eksekutif The Aceh Institute, Muazzinah, mengungkapkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Banda Aceh mengalami peningkatan dari 21 persen pada tahun 2019 menjadi 45 persen pada tahun 2023.
“Pada tahun 2019, tingkat kepatuhan masyarakat hanya 21 persen. Namun, setelah intervensi selama kurang lebih tiga tahun, alhamdulillah di tahun 2023 tingkat kepatuhan naik menjadi 45 persen,” kata Muazzinah saat konferensi pers di Kyriad Murya Hotel, Banda Aceh, pada Selasa (17/12/2024).
Peningkatan ini, menurut Muazzinah, disebabkan oleh edukasi yang lebih masif. Berbagai upaya telah dilakukan, antara lain edukasi ke dayah-dayah, sosialisasi di puskesmas, dan pembentukan tim satgas KTR oleh Pemerintah Kota Banda Aceh yang di-SK-kan oleh Dinas Kesehatan untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) di berbagai tempat.
“Peningkatan ini menjadi capaian bagi Pemerintah Kota Banda Aceh dan Aceh Institute karena semakin banyak orang yang paham tentang KTR,” ujarnya.
Meskipun demikian, Muazzinah mengakui bahwa masih ada beberapa tempat yang tingkat kepatuhannya masih rendah, terutama di pasar dan warung kopi. Meskipun rambu-rambu KTR telah dipasang, masih banyak orang yang belum patuh.
Salah satu isu yang menjadi perhatian khusus adalah dinamika perokok anak di Banda Aceh. Muazzinah menyoroti keberadaan anak-anak sekolah yang merokok di sekitaran warung Lampineung dan jembatan Lamnyong.
“Perokok anak menjadi tantangan besar karena ada faktor-faktor yang mendukung mereka mulai merokok, seperti pengaruh lingkungan keluarga, di mana anak diminta membeli rokok. Mereka jadi mengenal harga, merek, dan lokasi pembelian. Selain itu, ada juga pengaruh dari teman sebaya dan iklan rokok,” jelasnya.
Aceh Institute juga menyoroti kemunculan fenomena perokok perempuan di Banda Aceh, terutama di kafe-kafe. Meski sebagian besar menggunakan vape atau rokok elektrik, hal ini menjadi perhatian dalam implementasi kebijakan KTR.
Muazzinah mengakui bahwa isu KTR memiliki tantangan tersendiri. Berbeda dengan isu-isu lain seperti disabilitas, perempuan, dan kemiskinan yang umumnya mendapat dukungan, isu KTR terkadang mendapat penolakan dan bahkan menimbulkan kontra dari sebagian orang.
Namun, Muazzinah tetap optimis dengan implementasi KTR di Banda Aceh, terutama dengan terpilihnya Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Wali Kota Banda Aceh.
“Di tahun 2025, saya punya harapan besar, khususnya untuk Banda Aceh, dengan terpilihnya Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Wali Kota, yang merupakan pencetus KTR. Saya pikir beliau akan konsen dan akan bernostalgia lagi dengan implementasi KTR yang baik. Begitu juga dengan Muzakkir Manaf sebagai Gubernur Aceh terpilih,” pungkasnya.
Reporter: Rezi