NUKILAN.id | Jakarta — Museum Nasional Indonesia kini menawarkan pengalaman baru yang menggabungkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan kekayaan budaya Nusantara melalui fitur Mengenal Paras Nusantara. Fitur ini memungkinkan pengunjung untuk mengetahui lebih dekat keberagaman suku dan ras di Indonesia dengan cara yang unik dan interaktif.
Saat mengunjungi museum pada Jumat (22/11/2024) lalu, tim Nukilan.id turut merasakan sensasi berbeda dari pengalaman yang satu ini. Dalam beberapa menit, pengunjung dapat melihat hasil analisis wajah mereka yang dibandingkan dengan 78 lukisan karya Raden Pirngadie, seorang pelukis legendaris asal Indonesia yang terkenal dengan karyanya pada tahun 1935.
Fitur Mengenal Paras Nusantara dimulai dengan pemindaian wajah pengunjung. Setelah pengunjung menghadap ke kamera, teknologi AI langsung bekerja dengan menganalisis berbagai fitur wajah seperti bentuk mata, hidung, mulut, dan struktur tulang wajah. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan data dari 78 lukisan yang menggambarkan berbagai suku dan ras di Indonesia. Sistem AI akan mencocokkan karakteristik wajah pengunjung dengan wajah-wajah pada lukisan tersebut, menghasilkan informasi mengenai asal-usul suku yang paling mirip dengan wajah mereka.
Tujuan dari fitur ini bukan hanya untuk memberikan hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi yang menyoroti keberagaman wajah masyarakat Indonesia. Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan langsung bagaimana keragaman budaya tercermin dalam garis keturunan dan warisan visual yang ditinggalkan oleh para pelukis seperti Raden Pirngadie.
Pada hari itu, antrian panjang terlihat di depan area pemindaian wajah. Pengunjung, yang mayoritas terlihat antusias, tampaknya tidak sabar untuk mengetahui hasil analisis wajah mereka. Antrean yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit pun tampak wajar, mengingat ketertarikan masyarakat terhadap fitur inovatif ini.
Ema, seorang pengunjung wanita asal Bali, menjadi salah satu yang berhasil mendapatkan hasil yang “pas” dengan suku asalnya. Fitur ini berhasil mengenali wajah Ema dengan tepat, yang membuatnya merasa semakin bangga dengan identitas budaya Bali yang ia miliki.
Namun, tidak semua hasil sesuai harapan. Olex, seorang pemuda asal Aceh, terkejut ketika wajahnya terdeteksi lebih mirip dengan suku Yogyakarta dalam analisis sistem.
“Mungkin karena ada unsur-unsur wajah yang mirip dengan ciri khas suku Yogyakarta,” ungkapnya sambil tertawa, meskipun merasa penasaran dengan hasil yang sedikit berbeda dari yang ia bayangkan.
Fitur ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memperkaya pengetahuan tentang keberagaman suku dan ras di Indonesia. Para pengunjung pun dapat merasakan pengalaman edukatif yang memadukan teknologi dengan sejarah, budaya, dan seni lukis. Dengan membandingkan wajah mereka dengan 78 lukisan dari Raden Pirngadie, mereka dapat menyaksikan secara visual betapa beragamnya fitur wajah yang ada di Tanah Air.
Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang kenangan dari fitur ini, mereka dapat mencetak hasil analisis wajah dalam bentuk foto dengan biaya Rp 25.000. Hanya dalam waktu kurang dari lima menit, hasil cetak tersebut siap diambil, menjadi kenang-kenangan unik dari kunjungan mereka ke Museum Nasional Indonesia.
Melalui fitur Mengenal Paras Nusantara, Museum Nasional Indonesia tidak hanya menyuguhkan teknologi modern, tetapi juga meneguhkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika — berbeda-beda tetapi tetap satu. Fitur ini menggambarkan betapa beragamnya suku, ras, dan budaya yang ada di Indonesia, sekaligus mempererat persatuan di tengah keberagaman yang ada.
Bagi pengunjung yang tertarik, pengalaman ini bisa menjadi cara yang menyenangkan dan mendalam untuk memahami sejarah dan budaya bangsa, sembari menikmati kecanggihan teknologi yang membawa kita lebih dekat dengan identitas nenek moyang. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah