NUKILAN.id | Banda Aceh – Pemilihan kepala daerah serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024 semakin mendekat. Atmosfer persaingan kian terasa di berbagai daerah, termasuk Aceh, yang menjadi salah satu titik panas dalam Pilkada tahun ini. Salah satu pasangan calon gubernur yang menarik perhatian publik adalah Bustami Hamzah dan wakilnya, Muhammad Fadhil Rahmi, yang mendapat dukungan kuat dari tokoh-tokoh agama dan pimpinan dayah (pesantren tradisional) di Aceh.
Bustami Hamzah, yang maju dengan dukungan dari Partai NasDem, Partai Golkar, PAN, dan Partai Adil Sejahtera (PAS), awalnya memilih Teungku Muhammad Yusuf A Wahab atau dikenal dengan panggilan Tu Sop sebagai calon wakilnya. Namun, kepergian Tu Sop pada 27 September lalu membuat Bustami harus mencari sosok baru yang juga berasal dari kalangan ulama. Pilihan pun jatuh kepada Muhammad Fadhil Rahmi, ulama muda dan dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.
Keputusan ini ternyata bukan sekadar pilihan politik, melainkan juga hasil rekomendasi dari sejumlah ulama besar Aceh. Sebagai lulusan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, Fadhil Rahmi dikenal luas di kalangan ulama Aceh dan memiliki jaringan yang kuat di antara para pemimpin dayah, termasuk dukungan dari ulama besar Teungku Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi. Abu Mudi, pemimpin Pesantren Mudi Mesra di Samalanga, Bireuen, adalah sosok ulama yang dihormati di Aceh, dengan para muridnya tersebar menjadi pemimpin di banyak pesantren di seluruh Nusantara.
Abu Mudi menyatakan dukungan penuh kepada pasangan Bustami Hamzah dan Fadhil Rahmi.
“Saya sangat merestui Syekh Fadhil untuk melanjutkan perjuangan yang ditinggalkan oleh Tu Sop. Mari kita dukung dan menangkan pasangan ini di Pilgub Aceh,” ujar Abu Mudi beberapa waktu lalu.
Dukungan dari para tokoh agama ini semakin memperkuat posisi pasangan Bustami-Fadhil dalam Pilgub Aceh, mengingat kedekatan para ulama dengan masyarakat Aceh yang memiliki ikatan kuat dengan ajaran Islam.
“Di Aceh, kita memilih pemimpin yang mengutamakan Syariat Islam, amanah, dan jujur serta mampu memakmurkan masyarakat,” kata Teungku Amri Fahmi Anziz, seorang dai internasional asal Aceh.
Dengan dukungan yang mengalir dari tokoh-tokoh agama ini, Bustami Hamzah dan Fadhil Rahmi kian optimis dapat memenangkan hati rakyat Aceh. Bagi mereka, kehadiran para ulama sebagai pendukung bukan sekadar modal politik, tetapi juga menjadi simbol kepercayaan dan harapan akan pemimpin yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keteladanan dalam kehidupan masyarakat.
Editor: Akil