Lab Demokrasi Sebut Ide Pemilu 10 Tahunan Dapat Memperburuk Citra Demokrasi Nasional

Share

NUKILAN.id | Jakarta — Usulan untuk memperpanjang periode pemilu dari lima menjadi sepuluh tahun kembali mengundang perhatian publik. Muslim Ayub, anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi NasDem, menyampaikan alasan di balik usulannya ini.

Menurutnya, periode pemilu lima tahunan dirasa terlalu singkat dan memerlukan biaya pencalonan yang besar, terutama bagi calon legislatif (caleg) yang disebutnya bisa mencapai lebih dari Rp20 miliar. Dengan memperpanjang siklus pemilu menjadi sepuluh tahun, ia menilai bahwa beban finansial ini akan lebih ringan dan efisien.

Namun, tanggapan berbeda datang dari Hilarius Bryan Pahalatua Simbolon, Koordinator Lab Demokrasi. Menurut Bryan, ide tersebut justru dapat memperburuk citra demokrasi di Indonesia.

“Wacana pemilu sepuluh tahunan dengan dalih ‘biaya modal’ menunjukkan bahwa pemilu kerap dipandang sebagai pertarungan modal, bukan ajang penyaluran aspirasi rakyat,” kata Bryan saat dihubungi Nukilan.id, Sabtu (2/11/2024).

Bryan mengkritik bahwa pemikiran untuk memperpanjang periode pemilu hanya berorientasi pada aspek finansial, bukan pada kualitas representasi maupun aspirasi publik.

“Apabila logika pemilu dipanjangkan hanya agar ‘modal bisa balik,’ maka kita seperti memandang demokrasi hanya sebagai ajang kompetisi kursi dan kekuatan finansial,” tambahnya.

Bryan juga menggarisbawahi, saat ini yang lebih mendesak bukan soal memperpanjang atau memperpendek siklus pemilu, tetapi fokus pada gagasan, prioritas undang-undang, serta aspirasi dari daerah pemilihan yang seharusnya diutamakan oleh anggota legislatif.

“Beliau adalah anggota Baleg, seharusnya konsentrasi utamanya adalah memikirkan produk legislasi prioritas yang dapat membawa perubahan bagi masyarakat,” tandas Bryan.

Ia pun mengingatkan agar masyarakat terus mengawal kinerja parlemen agar tetap berpihak pada aspirasi rakyat, bukan sekadar terjebak dalam wacana soal pemanjangan masa jabatan.

“Kita perlu mengawasi agar pola pikir ini tidak berkembang luas dan merusak kualitas demokrasi kita,” pungkasnya. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News