NUKILAN.id | Banda Aceh – Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) merestorasi sejumlah makam kuno tokoh penting dari era Kesultanan Aceh yang berada di Gampong Blang Oi, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Minggu (29/9/2024). Pemugaran ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi makam ke posisi semula sekaligus menyelamatkannya dari ancaman pembangunan perumahan di sekitarnya.
Ketua Mapesa, Mizuar, mengatakan bahwa makam-makam tersebut merupakan peninggalan tokoh penting Kesultanan Aceh pada periode 1700 hingga 1800-an. Makam-makam ini pertama kali ditemukan pada tahun 2015 dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, di mana batu-batu nisan berserakan dan banyak yang tidak berada di posisi asalnya.
“Restorasi ini bertujuan untuk mengembalikan makam ke kondisi awalnya agar kondisinya kembali normal. Selain itu, upaya ini juga untuk menyelamatkan warisan bersejarah dari ancaman kerusakan, terutama karena pembangunan di sekitarnya,” ujar Mizuar saat ditemui di lokasi pemugaran.
Penataan Prioritas
Mizuar menyebutkan bahwa Mapesa telah melakukan penataan dan restorasi terhadap berbagai makam bersejarah di Aceh dengan skala prioritas. Pemilihan makam untuk direstorasi didasarkan pada tingkat urgensi, terutama bagi makam yang terancam hilang.
“Makam di Blang Oi ini menjadi prioritas karena ancaman pembangunan di sekitar lokasi. Jika tidak diselamatkan sekarang, dikhawatirkan nantinya makam-makam ini hanya tinggal catatan sejarah saja,” kata Mizuar.
Menurut Mizuar, model batu nisan makam yang sedang direstorasi menunjukkan ciri khas makam pada era setelah Sultan Iskandar Muda. Hal ini menjadi indikasi bahwa makam tersebut adalah milik tokoh penting Kesultanan Aceh pada periode 1700 hingga 1800-an. Namun, identitas pasti dari tokoh-tokoh yang dimakamkan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
“Setiap masa kepemimpinan Sultan Aceh memiliki ciri khas pada model makamnya. Dari bentuk nisan, kami perkirakan ini berasal dari era setelah Sultan Iskandar Muda. Siapa tokoh penting yang dimakamkan di sini masih perlu kami teliti lebih lanjut,” jelasnya.
Dampak Tsunami 2004
Restorasi yang dilakukan oleh tim Mapesa juga mencakup pengembalian batu nisan yang bergeser akibat bencana tsunami pada 26 Desember 2004. Mizuar mengatakan bahwa beberapa batu nisan di kompleks makam ini diperkirakan berpindah dari posisinya karena dahsyatnya gelombang tsunami.
“Beberapa batu nisan bergeser dari tempat asalnya, dan pergeseran ini diduga karena tsunami 2004. Kami berupaya mengembalikan nisan-nisan ini ke posisi awalnya agar keasliannya tetap terjaga,” tutur Mizuar.
Proses restorasi ini, lanjutnya, membutuhkan waktu antara empat hingga enam minggu, bergantung pada kondisi di lapangan. Mizuar berharap, setelah restorasi selesai, masyarakat setempat dapat turut menjaga dan melestarikan kompleks makam ini sebagai bagian dari warisan sejarah Aceh.
“Kami berharap masyarakat bisa menjaga situs ini, karena ini adalah bukti nyata dari perjalanan sejarah Kesultanan Aceh,” kata Mizuar.
Upaya Pelestarian Sejarah
Mapesa merupakan lembaga swadaya yang fokus pada penelitian dan pelestarian warisan sejarah Aceh. Sejak didirikan, lembaga ini telah banyak melakukan pemugaran dan penataan situs-situs bersejarah yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Pemugaran ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan merawat warisan leluhur, terutama situs-situs bersejarah yang mengandung nilai penting bagi identitas dan sejarah Aceh.
Editor: Akil