NUKILAN.id | Banda Aceh – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Agung Laksono, optimistis bahwa Stadion Harapan Bangsa (SHB) Banda Aceh, venue utama untuk pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut, akan selesai pada pertengahan Agustus 2024. Hal ini disampaikan Agung Laksono saat meninjau pembangunan dan renovasi SHB pada Kamis (8/8/2024).
Agung Laksono yang didampingi Penjabat Sekretaris Daerah Aceh, Azwardi, menyebutkan bahwa progres pembangunan fisik stadion telah mencapai 96 persen. Ia berharap, dalam waktu satu minggu ke depan, pembangunan SHB dapat diselesaikan 100 persen.
“Insya Allah, stadion ini akan rampung pada minggu ketiga Agustus. Saya sangat optimistis karena proyek ini direncanakan dengan sangat baik,” ujar Agung Laksono dikutip dari ANTARANEWS, Jumat (9/8/2024).
Stadion Harapan Bangsa akan menjadi tempat pembukaan PON XXI yang dijadwalkan berlangsung pada 8 September 2024. Selain itu, stadion ini juga akan digunakan untuk pertandingan sepak bola. Di dalam kompleks SHB, juga akan tersedia arena untuk berbagai cabang olahraga, seperti anggar, tenis, panahan, angkat besi, dan bola basket.
Agung Laksono menambahkan, selain SHB, PON XXI juga akan melibatkan berbagai venue di 10 kabupaten/kota di Provinsi Aceh, dengan penutupan acara di Kota Medan.
“Perhelatan PON XXI ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang kompetisi yang sukses, tetapi juga sebagai langkah awal dalam pembibitan atlet-atlet nasional untuk event-event besar seperti Asian Games dan Olimpiade,” ujar Agung.
Selain dari segi prestasi, Agung juga menekankan pentingnya sukses ekonomi dari acara ini. Ia berharap PON XXI dapat memicu pertumbuhan ekonomi lokal, termasuk sektor kuliner dan kerajinan tangan. “PON XXI diharapkan bisa mendorong perkembangan dunia usaha di Aceh, dengan berbagai usaha terkait yang muncul seiring acara ini,” tambahnya.
Dengan persiapan yang matang dan dukungan yang kuat, PON XXI Aceh-Sumut diharapkan menjadi momentum penting dalam dunia olahraga Indonesia, serta membawa dampak positif bagi ekonomi dan masyarakat setempat.
Editor: Akil