NUKILAN.id | Sigli – Cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi yang melanda kawasan perairan Selat Malaka di Provinsi Aceh sejak sepekan terakhir memaksa ratusan nelayan tradisional berhenti melaut. Para nelayan ini berasal dari Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, hingga Kota Langsa.
Menurut informasi yang diperoleh Nukilan.id, Minggu (23/6/2024), ketinggian gelombang di perairan tersebut berkisar antara 1 hingga 2,5 meter. Angin kencang yang menyertai gelombang tinggi tersebut menambah risiko bagi para nelayan, membuat mereka rentan hanyut terbawa arus laut.
Situasi ini memaksa para nelayan untuk berutang di kedai-kedai bahan pokok atau warung langganan terdekat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama tidak melaut, banyak nelayan memanfaatkan waktu untuk memperbaiki peralatan tangkap seperti jaring ikan dan merawat kapal mereka.
Di pesisir Selat Malaka, khususnya di Desa Pusong, Pasi Jeumeurang, dan Pasi Lhok, Kecamatan Kembang Tanjung, puluhan kapal kayu berbagai ukuran tampak terparkir di dermaga muara sungai setempat. Sebagian lainnya bersandar di sepanjang bibir pantai.
“Selain gelombang tinggi, angin juga kencang sekali. Kalau memaksa menerjang badai, itu sangat berisiko terjadi kecelakaan laut,” ujar Mukhtar, seorang tokoh nelayan di Kecamatan Kembang Tanjung.
Mukhtar menjelaskan bahwa ratusan warga setempat berprofesi sebagai nelayan tradisional. Namun, hanya sebagian kecil yang berani turun melaut dalam kondisi cuaca seperti ini. Sebagian besar memilih untuk libur melaut demi keselamatan.
Jika kondisi cuaca tidak segera membaik, dikhawatirkan ekonomi warga kampung nelayan akan semakin sulit. Terlebih lagi, menjelang awal tahun ajaran baru sekolah, kebutuhan ekonomi warga meningkat.
“Kami berharap cuaca segera membaik, agar kami bisa kembali melaut dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tutup Mukhtar.
Editor: Akil Rahmatillah