NUKILAN.id | Meulaboh – Wahana Generasi Aceh (Wangsa) mengecam keras praktik pungutan liar (pungli) yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 15 Aceh Barat pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2024. Ketua Umum Wangsa, Jhony Howord, menegaskan bahwa praktik ini mengganggu proses pendidikan dan merusak integritas lembaga pendidikan.
“Saya sudah sampaikan via WhatsApp ke kepala sekolah untuk segera mengembalikan biaya yang sudah dipungut,” tegas Jhony Howord.
Sebelumnya, Kemenag Aceh Barat telah menggelar pertemuan audiensi dengan Wangsa yang dipimpin oleh Pelaksana Harian (Plh) Kantor Kemenag, Khairul Azhar, mengingat kepala Kemenag sedang menunaikan ibadah haji. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Iswandi, Kasi Pendidikan Madrasah, sebagai respons atas surat somasi yang dikirimkan oleh Wangsa, dan telah mengirimkan surat balasan kepada Wangsa.
Kepala sekolah MIN 15 menjelaskan melalui pesan WhatsApp yang diterima Jhony Howord, bahwa pada tahun 2023 saat penyusunan anggaran 2024, pihak sekolah tidak memprediksi siswa yang mendaftar akan melebihi kuota. Akibatnya, tidak ada anggaran untuk pengadaan kursi dan meja pada tahun anggaran 2024. Setelah disampaikan persoalan kekurangan meja dan kursi kepada Kasi Pendidikan Madrasah (Penmad), Iswandi sempat meminta revisi, namun karena tidak memungkinkan, pihak sekolah mencarikan solusi dengan mengajukan dua opsi kepada wali murid melalui komite sekolah.
“Dasar dari opsi itu menjadi dugaan pungli, dimana wali murid dilema karena jika memilih opsi pertama maka bagaimana jika anaknya tidak lulus. Ini secara tidak langsung memaksa untuk memilih opsi kedua, apalagi pengumuman kelulusan akan dipublikasikan setelah opsi dipilih,” jelas Jhony Howord.
Wangsa memahami bahwa keputusan tersebut diambil oleh pihak sekolah untuk kepentingan bersama agar semua siswa baru bisa menempuh pendidikan di MIN 15 Aceh Barat. Namun, karena praktik tersebut tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku, maka harus dihentikan.
Selain meminta penghentian dan pengembalian pungutan, Jhony Howord juga menyampaikan bahwa Wangsa sudah sepakat untuk ikut andil dalam mencari solusi terkait kekurangan meja dan kursi di sekolah itu.
“Wangsa bukan mencari kesalahan tetapi ingin mendongkrak pendidikan agar lebih baik. Kami menawarkan solusi kepada sekolah dan Kemenag. Solusi sudah diterima dan Wangsa akan berusaha agar kursi dan meja tersedia sebelum pembelajaran dimulai,” ujar Jhony Howord.
Dengan demikian, diharapkan ke depan tidak ada lagi praktik pungli yang merugikan siswa dan orang tua, serta terciptanya lingkungan pendidikan yang lebih baik dan transparan di MIN 15 Aceh Barat.
Editor: Akil Rahmatillah